KPPS Angkat Bicara: Kami Dianggap Curang Hanya Karena Caleg Kalah
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang selama ini diam dituding bekerja tidak becus, akhirnya angkat bicara. Tidak mau dicurigai elite politik melakukan kecurangan.
Elite menilai kecurangan itu dinilai berawal dari tempat pemungutan suara (TPS), KPPS dianggap melakukan pembiaran terjadinya kecurangan tersebut.
"Saya berani mengatakan caleg yang berteriak-teriak terjadi kecurangan, sejatinya hanya untuk menutupi rasa kecewa atau malu karena perolehan suaranya diprediksi kalah dengan caleg atau paslon lain, sehingga petugas KPPS yang jadi kambing hitam," kata Sukirno, seorang petugas KPPS salah satu TPS di Surabaya Timur kepada ngopibareng.id, Jumat, 16 Februari 2024.
Anggota KPPS ini berkeyakinan kecil kemungkinannya ada anggota KPPS yang berani melakukan kecurangan seperti menggelembungkan suara untuk kepentingan calon tertentu.
Petugas KPPS di setiap TPS berjumlah 7 orang, selain bekerja di bawah sumpah, mereka juga dipelototi oleh pemilih, pengawas, Linmas dan saksi parpol peserta pemilu.
"Caleg-caleg itu seharusnya turun ke TPS di daerah pemilihan supaya bisa melihat langsung petugas KPPS bekerja, jangan hanya nunggu enaknya, sementara kami bekerja setengah mati," ujarnya.
Petugas KPPS harus bekerja dengan cermat sejak membuka kotak suara untuk mengambil peralatan dan surat suara yang akan dicoblos.
Kartu suara yang baru dikeluarkan dari dihitung dulu jumlahnya, di depan calon pemilih dan saksi. Sebelumnya, kotak suara juga diperlihatkan bahwa kotak benar-benar dalam keadaan kosong.
Warga yang akan menggunakan hak pilih juga diteliti apakah data di surat panggilannya sesuai dengan KTP yang bersangkutan.
Menjelang penghitungan surat suara dalam kotak suara, jumlahnya sama dengan sarat panggilan atau tidak, kalau sesuai baru dihitung.
Yang paling krusial saat merekap caleg, kalau pilpres mudah, cuma tiga paslon, sedang Caleg, satu partai sejumlahnya sampai ratusan. Tinggal menghitung kalau peserta Pemilu nasional jumlahnya 17 parpol. Kalau di Aceh ditambah dengan 5 partai lokal.
"Caleg tinggal nunggu hasilnya, tidak memikirkan panitia KPPS yang bekerja sampai ada yang mati," ujar Sulis, Ketua KPPS di TPS wilayah Surabaya Timur.
"Ironisnya, kalau suara yang mereka peroleh tidak sesuai dengan ekspektasi atau harapan, ngoceh di Medsos ada kecurangan," ujar petugas yang lain.
Pada Pemilu, Sulis bekerja bersama seluruh panitia, Panwas, Linmas dan saksi hingga Kamis 15 Februari 2024 pukul 02.45 WIB dini hari.
"Mana ada caleg yang peduli, hanya telpon kesana kemari pingin tahu perolehan suaranya, bukan ingin tahu bagaimana kami bekerja sampai kepala mumet," ujar Sulis.
Dituduh Curang
Reaksi petugas KPPS juga terjadi di beberapa daerah Jakarta, Bandung, Yogyakarta selain Surabaya.
Caleg yang gagal karena perolehan suaranya kecil banyak yang berulah, menuding dicurangi petugas TPS, waktu rekapan suaranya masuk di kolom caleg lain.
Ketua KPPS di salah satu TPS wilayah Kecamatan Kebayoran Lama, Haidir mengaku, setiap anggota KPPS mendapat honor sebesar Rp1,2 juta dipotong pajak. Bekerja sejak menyiapkan tempat pemungutan suara, saat pencoblosan, penghitungan suara, sampai membuat laporan ke PPK.
"Honor sebesar itu tidak sebanding tanggung jawab yang diemban petugas KPPS. "Kami prihatin ada petugas KPPS yang kelelahan dan meninggal dunia waktu penghitungan surat suara," kata Haidir.