Suara Milenial ke Gus Ipul-Puti, Pengamat: Dampak Elektoral Emil Belum Terlihat
Ajang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur menghadirkan pertarungan antarkandidat dalam merebut suara milenial. Survei Polmark Indonesia menghasilkan temuan sikap generasi milenial Jatim yang lebih memilih Cagub Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Cawagub Puti Guntur Soekarno daripada Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak.
Pada segmen pemilih dengan rentang umur 17-21 tahun, suara ke Gus Ipul-Puti 44,2 persen, sedangkan ke Khofifah-Emil 30,8 persen. Adapun untuk pemilih usia 22-30 tahun, Gus Ipul-Puti menggaet 47,2 persen, sementara Khofifah-Emil sebesar 25,5 persen. Adapun sisanya masih dirahasiakan dan belum menentukan pilihan.
"Dari data kami, memang tampak pemilih milenial lebih cocok dengan sosok Gus Ipul-Puti," terang Direktur Riset PolMark Indonesia Eko Bambang Subiantoro.
Pengamat politik Universitas Airlangga, Novri Susan PhD, mengatakan, hasil survei Polmark itu menunjukkan bahwa generasi milenial tidak memilih berdasarkan kedekatan usia.
“Perilaku politik milenial ini sangat independen. Pikirannya tajam, menelisik apa sih tawaran dan kinerja kandidat. Tidak memilih berdasar usia kandidat yang paling muda, kan terlihat meski Emil termuda, justru suara milenial ke Gus Ipul-Puti,” kata Novri yang mendalami sosiologi politik.
Novri menambahkan, berdasarkan survei, citra sosial kandidat juga ternyata tidak terlalu memengaruhi generasi milenial. Justru yang terpenting adalah bagaimana menghadirkan ide program pro-generasi milenial serta mengeksekusi komunikasi atau pemasaran ide tersebut.
“Jadi kan ada social imagery, citra sosial, ada candidat personality, dimunculkan asosiasi kandidat terhadap segmen pemilih tertentu, dalam hal ini milenial. Citra sosial Emil yang didesain untuk membidik milenial, seperti gaya bergitar dan bahkan mengeksploitasi sosok istrinya, ternyata belum berdampak di lapangan,” ujarnya.
Menurut Novri, yang tidak kalah penting dalam penggarapan isu milenial adalah kerja politik yang terstruktur ke basis anak muda. Dalam konteks ini, kandidat harus didukung jaringan politik yang kuat.
“Itu yang mungkin kurang dimiliki Emil dibanding Puti. Bahkan mungkin hasilnya akan lain jika Khofifah menggandeng politisi berjaringan kuat di Jatim seperti Pak Ipong (bupati Ponorogo) atau Pak Hasan (anggota DPR RI, bupati Probolinggo dua periode) yang dulu sempat diwacanakan. Karena sekali lagi, milenial ini bicara program dan eksekusi programnya yang menuntut kekuatan jaringan politik, bukan semata-mata bergaya muda,” papar Novri.
Dia melihat, kekuatan ide program menjadi penjelas mengapa Gus Ipul-Puti mengungguli Khofifah-Emil di segmen milenial. “Gus Ipul-Puti beberapa kali menyatakan keseriusannya menggarap startup, ekonomi kreatif, pendidikan gratis, kesiapan berkolaborasi dengan inovator sosial. Berbeda dengan wacana yang dibangun Emil yang sepertinya masih mengawang,” jelasnya.
Secara umum untuk semua segmen, dalam survei Polmark, Gus Ipul-Puti unggul dengan perolehan tingkat elektabilitas sekitar 42,7 persen dibanding Khofifah-Emil 27,2 persen. Sementara pemilih yang belum menentukan mencapai 30,1 persen.
Survei ini dilakukan pada 6-11 Februari 2018 dengan responden sebanyak 1.200 orang. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan margin of error sebesar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Advertisement