Stunting di Blora Naik 4,3% Sejak 2021, Ini Kata IBI Blora
Kasus stunting di Kabupaten Blora cenderung mengalami peningkatan sejak 2021 sampai 2023, mencapai 4,3 persen.
Menurut penilaian Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan tim survey dari pusat, stunting di Blora meningkat. Tahun 2021, kasus stunting mencapai 21,5 persen, meningkat di 2023 yang mencapai 25,8 persen.
"Namun, berdasarkan penimbangan rutin di posyandu mengalami penurunan, berdasarkan e-PPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) stuntingnya menurun dari dari 7,7 persen di tahun 2021 menjadi 6,7 persen di tahun 2023," ujar Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Lili Nuzuli, Sabtu 24 Juni 2023.
Secara nasional, kata Lili Nuzuli, yang dipakai patokan dala penilaian stunting adalah SSGI.
"Kita berpikirnya itu, semua balita stunting itu tertangani. Masalah angka itu kan dari survey satu dengan yang lain itu berbeda. Yang penting bagaimana kita menangani stunting itu agar balita tidak jatuh ke stunting. Lalu yang mengalami stunting itu bisa terbebas," ungkap Lili.
Dia berharap, angka stunting di Blora bisa berangsur menurun sesuai target nasional, yaitu dibawah 14 persen. Untuk mengatasi ini, harus dilakukan secara bersama-sama. "Bukan hanya Bidan saja, bukan hanya Dinas Kesehatan saja, tapi semua ikut nyengkuyung," ujarnya.
Lili bersyukur, berbagai pihak telah ikut bersama terlibat dalam penanganan stunting. "Semua sudah mendukung untuk Penanganan stunting. Termasuk IBI, Dalduk KB melalui Tim Pendamping Keluarga (TPK), kader kesehatan, Kader KB juga Bidan desa juga bergerak," ungkapnya
Menurut Lili, stunting ini kalau diobati sangat sulit. Tapi bisa dilakukan pencegahan. "Mulai dari remajanya, kalau bisa ada posyandu remaja putri. Mulai diedukasi tentang kesehatannya, dia akan menjadi ibu dan akan melahirkan. Dari situ kita berikan tablet penambah darah agar tidak anemia," tuturnya.
Advertisement