Studio Tedja dan Padepokan Seni Madura Hadirkan 'Menjahit Kertas'
Studio Tedja bekerjasama dengan Padepokan Seni Madura akan melangsungkan pementasan teater bertema “Menjahit Kertas”, Sabtu 10 November 2018 besok. Pertunjukan ini akan berlangsung di Studio Tedja, Jalan Lapangan Dharmawangsa Nomor 2 pada pukul 19.00 WIB.
Anwari selaku sutradara mengungkapkan, bahwa tema "Menjahit Kertas" sendiri berangkat dari kesadaran bahwa setiap orang mempunyai identitas masing-masing.
"Menjahit kertas itu maksudnya, setiap orang punya catatan dan pengalaman dalam hidupnya yang kita rangkai menjadi sebuah pertunjukan. Artinya tidak semua manusia itu sama dan harus mempertahankan identitasnya," ujar Anwari
Anwari juga menambahkan, bahwa kesulitan pada pementasan ini terletak pada bahasa Madura yang digunakan, karena tidak semua orang memahami bahasa Pulau Garam. Namun ia optimis, selama diperankan dengan kesungguhan, pesannya akan bisa tersampaikan.
“Beberapa orang suka lagu India kan, dan tidak semua memahami artinya. Namun buktinya tetap diterima oleh masyakat Indonesia karena kesungguhan penyanyinya. Begitu pun kami, meski memakai bahasa Madura, lagu Madura, kami yakin, dengan rasa dan kesungguhan, pementasan dan pesannya akan diterima," kata seniman asal Madura ini.
Selain Anwari, juga ada Redi Eko Prasetyo yang bertindak sebagai penata musik dalam pementasan yang akan berlangsung di halaman Studio Tedja ini. Redi sendiri berasal dari Malang.
Redi tidak sendiri karena ia akan berkolaborasi dengan pemusik Italia. "Persiapannya sendiri selama dua hari. Prosesnya luar biasa ketika menemukan formulasi baru dan saling bersinergi," tutur Redi.
Selain pementasan "Menjahit Kertas", ada beberapa karya lain yang akan ditampilkan, yakni workshop yang sudah berlangsung selama dua hari terakhir, serta beberapa penampilan warga sekitar.
Seperti diungkapkan penyelenggara sekaligus pemilik Studio Tedja, Swandayani Tedja, bahwa acara ini sudah enam kali diselenggarakan. Ide awalnya berangkat dari keinginannya untuk mempertahankan semangat berkesenian sang ayah. yang tak lain maestro lukis mendiang Tedja Suminar.
"Studio Tedja ini lahir dari sosok seorang pelukis. Sejak kepergian ayah saya tahun 2016 lalu, saya bertekad untuk terus menghidupkan spiritnya lewat acara-acara yang saya buat," kata Swandayani.
Swandayani juga menuturkan, rangkaian acara seni ini bukan hanya pementasan teater semata, tapi juga ada tari Remo, pementasan hasil workshop, serta tarian yang dibawakan oleh anak-anak RW sekitar. (pit)