Strategi Pengembangan Madrasah Diniyah
Madrasah diniyah merupakan bagian dari asset bangsa yang secara regional maupun nasional telah menunjukkan perannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, berfungsi sebagai wahana untuk menanamkan nilai-nilai moral dan ajaran keagamaan serta pembentukan kesadaran berbangsa, bahkan peran madrasah begitu besar dalam memotivasi semangat para pejuang kemerdekaan pada masa itu, untuk itu dalam era kemajuan globalisasi saat ini peranan madrasah diniyah perlu dipertahankan.
Madrasah diniyah takmiliyah merupakan pelengkap dari pendidikan Formal ( sekolah Umum) yang spesifikasinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat yang ketat serta dapat diselenggarakan dimana saja dan tidak harus dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara ketat dengan pilihan materinya bersifat praktis dan khusus dalam waktunya relatif singkat dengan metode pembelajaran yang beraneka ragam.
Saat ini diperlukan perubahan paradigma dalam dunia pendidikan madin. Satu diantaranya adalah perubahan konsep pengajaran madin menjadi konsep pembelajaran madin. Pengajaran ( instruction ), berasal dari kata dasar AJAR atau NGAJAR. Implikasinya kegiatan di dalam kelas lebih memfokuskan pada aktivitas mengajar yang terpusat pada guru sementara para murid lebih banyak pasif. Sedangkan Pembelajaran ( learning ) berasal dari kata dasar BELAJAR. Implikasi dari istilah ini adalah keniscayaan kedua belah pihak baik murid maupun guru harus sama-sama terus belajar. Pembelajaran juga meniscayakan aktivitas dikelas berpusat pada siswa yang aktif sehingga mereka mendapatkan pengalaman belajar yang berma’na.
Untuk membuat pembelajaran menjadi menarik, menantang, bergairah, dan berma’na, banyak strategi pembelajaran yang bisa diterapkan di MADIN, yaitu antara lain:
1. Active Learning : Pembelajaran yang menjadikan para murid/santri aktif ( tidak hanya mendengarkan ceramah dari ustadz/ustadzahnya ).
2. Cooperative learning : Pembelajaran yang dilakukan oleh para santri dengan cara bekerja sama dengan santri yang lain dalam bentuk kelompok-kelompok kecil.
3. Learning by doing: Strategi pembelajaran dengan metode langsung melakukan apa yang dipelajarinya sehingga para santri bisa mendapatkan pengalaman belajar.
4. Inquiry learning : Strategi pembelajaran yang mendorong para santri agar memiliki kebiasaan mandiri dan meneliti.
5. Games islami, Eksperimen, dan Simulasi: pembelajaran ini membuat lingkungan belajar para santri menjadi kaya dengan bahan-bahan praktik pembelajaran.
6. Dan lain-lain.
Permasalahan yang dihadapi
Seiring perkembangan zaman era global Permasalahan yang sering kali dihadapi penyelenggara Madin Takmiliyyah saat ini adalah :
1. Timbulnya kejenuhan belajar ilmu agama pasca TPQ .
2. Rendahnya minat siswa untuk masuk ke madrasah diniyah karena adanya pemahaman bahwa Pendidikan madrasah diniyah hanyalah pendidikan yang berorientasi pada akhirat , madrasah diniyah sering dianggap sekolah kelas dua bahkan kelas rendah karena dianggap kurang begitu penting dan tidak menonjol oleh beberapa kalangan.
3. Problem pendanaan , karena sebahagian besar Madrasah Diniyah hanya didanai dari dana Swasembada para Pendirinya serta dari Biaya dari iuran Murid-Murid yang tidak dapat dipastikan jumlahnya setiap bulan.
4. Kurangnya Tenaga Pengajar yang berkualitas sesuai kompetensi berkaitan minimnya dana kesejahteraan .
5. Minimnya Fasilitas dan sarana yang merupakan sub sistem yang amat penting seperti Media Pelajaran, alat pelajaran, Perpustakaan, Buku dan lain sebagainya.
6. Kurangnya jalinan kerjasama dengan lembaga-lembaga formal seperti SD/MI,SMP/Mts,dan SMA/SMK/MA baik negeri maupun swasta.
7. Kurang bervariasinya strategi pembelajaran yang diterapkan.
Solusi terhadap permasalah yang dihadapi
1. Diperlukan inovasi dan improvisasi penyelenggara madin takmiliyyah agar mampu merespon perkembangan global dengan adanya langkah-langkah strategis yang harus diambil oleh para pengelola pendidikan diniyah untuk menggabungkan antara materi tradisionalitas (kajian kitab-kitab kuning) yang menjadi sumber spiritual para santri dengan modernitas (kajian-kajian keilmuan umum), “al-muhafadhotu’ala al-qadim al-shaleh wa al-akhdu al-jadidi al-ashlah” untuk mempersiapkan para santri memiliki daya tahan dan daya suai terhadap tuntutan terhadap kebutuhan kehidupan masyarakat global semisal tambahan materi bahasa asing, kesenian dan komputer.
2. Melakukan kegiatan dakwah dan promosi kepada wali murid tentang pentingnya pendidikan karakter keagamaan di era modern untuk membentuk Manusia “unggul, bermoral, dan pekerja keras” yang menjadi tuntutan masyarakat global agar mampu berkompetisi, bukan saja dengan sesama warga dalam suatu daerah,wilayah, ataupun negara, melainkan juga dengan warga negara dan bangsa lainnya.
3. Mengatasi problem pendanaan dengan pendayagunaan Infak dan shodaqoh , usaha ekonomi produktif serta mengupayakan bantuan pemerintah untuk dapat memberikan bantuan Bosda madin kepada siswa dan Para Guru Madrasah Diniyah yang dilakukan oleh PEMDA setempat sesuai dengan Wilayahnya masing-masing sebagaimana telah dilakukan oleh pemerintah propinsi Jawa Timur .
4. Terkait dengan minimnya tenaga pengajar yang berkualitas, diperlukan program-program pengembangan SDM seperti mengikut sertakan secara intensive pada berbagai pelatihan kompetensi dan termasuk memberikan kesempatan kepada mereka untuk menempuh studi lebih lanjut melalui program beasiswa Guru Madin seperti yang dilakukan oleh Pemprop. Jatim.
5. Peningkatan sarana dan fasilitas dengan bantuan pemerintah maupun wakaf . Disamping itu perlu peningkatan peran masyarakat setempat agar peduli terhadap pengembangan pendidikan islam, karena madin pada dasarnaya merupakan pendidikan yang berbasis masyarakat.
6. Menjalin kerjasama dengan pengelola lembaga-lembaga pendidikan formal seperti SD/MI, SMP/Mt.S, dan SMA/MA/SMK, baik negeri maupun swastas. Bentuk kerjasama bisa dilakukan dengan cara para guru madin datang ke sekolah sebagai tambahan pelajaran ekstra kurikular, atau bisa juga dengan pengiriman para siswa kepada lembaga madin dengan bantuan kontrol dan manajemen dari pihak sekolah formal tersebut. Perlu adanya pengakuan legalitas berbagai materi madin untuk dimasukkan kedalam raport ekstra kurikular sehingga terdapat motivasi yang besar baik dari para siswa maupun orang tua.
Dengan adanya kerjasama mutualistik antara lembaga madin dengan pihak sekolah formal, kajian keagamaan disekolah akan semakin baik semisal pembiasaan pembacaan Al qur’an bisa dilaksanakan setiap sebelum pelajaran formal dimulai.
7. Perlunya menerapkan berbagai strategi pembelajaran modern disamping juga tetap mempertahankan strategi pembelajaran lama yang memang sudah terbukti baik.
Demikian uraian singkat mengenai Strategi Pembelajaran MADIN untuk Pembentukan Kader Bangsa Masa Depan ini kami sampaikan, semoga bisa mengispirasi kita semua untuk menciptakan pendidikan Madin kedepan semakin maju dan inovatif sehingga semakin diminati oleh para remaja pada khususnya dan berguna secara maksimal bagi masyarakat luas pada umumnya. Dengan selalu mengedepankan inovasi dan perbaikan kwalitas secara terus menerus, kita yaqin bahwa madin akan menjadi lembaga yang handal yang mampu menjawab tantangan era globalisasi melalu proses pendidikannya yang akuntabel dan lulusannya yang berkarakter, berilmu, dan beriman. Aamien. *
*)Dr. KH. A. Fahrur Rozi, S.Ag., M.Pd, Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur 1 Bululawang/
Wakil Ketua PWNU Jawa Timur