Stop Jadi Tersangka, Saatnya JNE Lakukan Inovasi Ramah Lingkungan
Oleh: Erwan Widyarto
SEJUMLAH inovasi dan kreativitas layanan telah dilakukan oleh JNE. Yang paling diingat publik adalah layanan berbasis teknologi informasi yang disebut 7 magnificent . Ketujuh inovasi tersebut berupa produk layanan MyJNE, JNE-PopBox, @box prepaid, Promo JNE Super Speed, JNE International Shipment, layanan CD Music, dan JNE Trucking.
Inovasi-inovasi tersebut telah menjadi energi bagi #JNE untuk maju dan menjadi yang terdepan dalam bisnis jasa pengiriman dan logistik nasional.
Sebagai satu perusahaan yang memiliki semangat inovasi yang tinggi, ada harapan JNE terus melakukan inovasi kreatif dalam pelayanan. Saatnya, inovasi layanan ini menyesuaikan atau menjadi respons terhadap isu lingkungan seperti perubahan iklim dan pengelolaan sampah. Isu yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan. Saatnya #GasssTerusSemangatKreativitasnya
Mengapa Inovasi Ini penting?
Perubahan iklim dan pengelolaan sampah merupakan isu sensitif dan krusial yang dihadapi semua negara. Menghadapi kedua masalah tersebut peran dunia usaha begitu penting. Termasuk usaha jasa pengiriman dan logistik. Mengurangi emisi karbon dan mengurangi munculnya sampah plastik sekali pakai yang sulit terurai menjadi keniscayaan yang mesti dilakukan.
Usaha jasa pengiriman sering dijadikan tersangka. Dituding menjadi pelaku munculnya persoalan tersebut. Perkembangan usaha jasa pengiriman yang pesat, ikut menyumbang masalah perubahan iklim dan masalah sampah plastik ini.
Semakin banyak jumlah barang yang dikirim semakin besar energi fosil yang diperlukan. Misalnya dalam urusan pengangkutan barang. Dari alamat asal sampai alamat tujuan, melibatkan moda transportasi yang berbahan bakar energi fosil. Semakin banyak yang dikirim akan semakin banyak energi yang dibutuhkan. Semakin besar emisi karbon yang dihasilkan.
Begitu pula dengan jumlah sampah, terutama sampah plastik kemasan pembungkus paket atau dokumen. Semakin banyak jumlah barang atau dokumen yang dikirim semakin banyak pula plastik kemasan yang digunakan.
Dari satu agen JNE di Jalan Kusbini, Klitren, Yogyakarta diperoleh informasi soal penggunaan kemasan plastik ini. "Di sini per hari kurang lebih 750 pieces. Karena bungkus tersebut hanya untuk paket di bawah 2 kilogram yang bisa dipakein bungkus flayer ini, " ujar Laily Sofia Rahman, bagian finance di agen JNE Vibro Mandiri ini.
Jika satu agen menggunakan plastik sebanyak itu, tinggal kalikan berapa agen yang dimiliki JNE. Itulah produksi plastik yang muncul dari sisi pengiriman. Belum untuk aktivitas lainnya. Namun, setidaknya hal ini memberikan gambaran betapa penggunaan plastik dalam bisnis jasa pengiriman begitu tinggi.
Sedangkan, pengelolaan sampah plastik yang tidak baik menimbulkan masalah lingkungan. Sampah plastik yang tercampur sampah organik yang dikirim ke TPA akan menyebabkan terakumulasinya gas metan (CH4). Gas metan atau metana merupakan gas yang mudah terbakar dan meledak.
Tragedi meledaknya gunung sampah di TPA Leuwigajah pada 21 Februari 2005 harus menjadi pelajaran berharga. Peristiwa yang terjadi karena buruknya pengelolaan sampah ini menyebabkan dua desa hilang dari peta dan 157 nyawa melayang sia-sia.
Di tengah buruknya pengelolaan sampah plastik warga masyarakat, mengurangi timbulan sampah plastik yang sulit terurai, tentu menjadi satu langkah positif. Usaha jasa pengiriman barang dan logistik bisa mengambil peran di sini. JNE bisa menjadi yang terdepan. Melepaskan dari dari tudingan tersangka.
Apa yang bisa dilakukan?
Indonesia kerap disorot sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia dan juga buruk dalam penanganan sampahnya. Sementara, timbulan sampah plastik di dalam negeri diproyeksikan terus bertambah selama 2017 hingga 2025 mendatang.
Pada 2017, misalnya, proyeksi timbulan sampah plastik nasional mencapai 9,2 juta ton. Jumlah itu setara 13,98% dari total volume timbulan sampah RI. Adapun timbulan sampah plastik pada 2025 diproyeksikan mencapai 9,9 juta ton, juga setara 13,98% dari total volume timbulan sampah periode tersebut.
Jumlah sampah polusi plastik tersebut berpotensi mengalami lonjakan menjadi 23-27 juta ton pada 2040. Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK, Rosa Vivien Ratnawati saat konferensi pers Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024, dilansir dari Katadata, Selasa (6/2/2024).
Rosa Vivien Ratnawati menegaskan komitmen dan peran aktif berbagai kalangan masyarakat dibutuhkan dalam melaksanakan pengelolaan sampah menuju ‘Zero Waste Zero Emission’ melalui berbagai gerakan pengelolaan sampah di masyarakat. JNE bisa ambil bagian di sini.
Pengelolaan sampah menurut UU No 18 tahun 2008 dilakukan melalui dua langkah. Yakni pengurangan dan penanganan. Pengurangan melalui reduce, reuse dan recycle. Selama ini, aspek pengurangan sering dilupakan. Padahal secara logika kalau kita tidak ingin ada peningkatan jumlah sampah, maka yang harus dilakukan adalah pengurangan.
Langkah pengurangan yang utama berupa reduce, meminimalkan timbulnya sampah. Mengurangi potensi lahirnya sampah. Terutama sampah yang sulit terurai. Seperti plastik. Di sinilah JNE bisa mengambil peran penting. Caranya?
"Ganti kemasan plastik yang sulit terurai dengan plastik yang mudah terurai. Saat ini makin banyak produk plastik yang ramah lingkungan, mudah terurai di alam. Misalnya plastik yang dibuat dari singkong atau ketela, " papar Ketua I Paguyuban Bank Sampah DIY Zaenal Mutaqin (5/6/24).
Pria yang akrab disapa Takim ini menguraikan, saat Earth Festival di Malioboro Mall (24-26 Mei 2024), di stan Paguyuban Bank Sampah DIY dipamerkan produk sedotan dan plastik kresek dari singkong (Cassava). Plastik ramah lingkungan EcoPlas ini produksi PT Kharisma Plastikindo. Ada pula plastik berbahan singkong produksi Telobag.
Takim menambahkan, kemasan yang biasa dipakai JNE untuk membungkus paket bisa diganti dengan ini. JNE bisa bekerja sama dengan produsen plastik ramah lingkungan untuk memproduksi plastik sesuai ukuran kemasan yang diperlukan.
Direktur Utama PT Kharisma Plastikindo Hermanto mengaku siap bekerja sama. "Kami siap support jika ada permintaan. Sesuai visi kami. Kami memproduksi plastik berbasis singkong ini untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan masalah sampah di negeri ini. Kami pernah buat kantong kemasan semacam ini untuk satu perusahaan di Singapura, " ujar Hermanto kepada Ngopibareng lewat pesan Whatsapp (9/6).
Jika #JNE menjalin kerjasama dengan produsen plastik kemasan ramah lingkungan ini, terwujudlah #ConnectingHappiness antara dunia usaha dengan lingkungan alam.
Selain mengganti plastik bungkus paket, ada usulan menarik pula dari pegiat lingkungan yang juga petani di Jimborodono Integrated Farming, Farid Fakhruddin. Alumnus Arkeologi UGM ini mengusulkan agar pengelola jasa pengiriman barang seperti JNE ikut mengurangi emisi karbon. Salah satunya dengan menyediakan armada pengiriman berupa kendaraan listrik (electric vehicle).
"Dengan volume transaksi pengiriman yang begitu banyak, berganti ke kendaraan listrik akan mengurangi emisi karbon secara signifikan. Mungkin bisa dimulai dari titik penghantaran akhir. Paket dikirim dengan armada sepeda motor listrik. Atau mobil boks bertenaga listrik, " urai Farid pada Ngopibareng (10/6).
Menurut Farid, ini satu langkah inovasi layanan yang sejalan dengan perkembangan teknologi hijau. Apalagi, pemerintah juga sedang getol mendorong semakin banyak pihak beralih ke kendaraan listrik ini dengan memberikan subsidi. Jika JNE mengambil langkah ini, tentu akan banyak hal yang didapat.
Pengurus Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) "Sehati" Sleman ini juga menambahkan sodoran ide ramah lingkungan lainnya. Katanya, bukan tidak mungkin suatu saat nanti bisnis pengiriman paket dan logistik memanfaatkan drone. "Asyik kan di udara kita lihat drone bertuliskan JNE berseliweran, " selorohnya.
Dengan berbagai inovasi layanan ramah lingkungan tersebut, #JNE33Tahun akan terlepas dari tudingan tersangka penambah masalah sampah plastik maupun penyumbang emisi karbon. Semoga. (Erwan Widyarto).