Stop Islamofobia Barat! Pemerintah Swedia Gagal Lindungi Muslim
Reaksi umat Islam dari sejumlah negara, menghangatkan suasana akibat aksi pembakaran Al-Quran yang terjadi di Swedia. Bermula aksi seorang ekstremis sayap kanan kewarganegaraan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan pada Sabtu (21 Januari 2023), di depan Kedutaan Turki di Stockholm. Aksi ini terjadi bertepatan ketika Turki menahan aplikasi Swedia untuk menjadi anggota aliansi NATO.
Paludan mendapatkan izin dari polisi Swedia untuk menjalankan aksi pembakaran kitab suci umat Islam tersebut. Reaksi berupa kecaman dari dunia Arab dan umat Islam. Protes menentang pembakaran Al-Quran oleh Paludan juga pecah di Irak, Pakistan, dan Turki, sertai Kuwait.
Sebanyak 41 anggota parlemen Kuwait pada Selasa, 24 Januari 2023, mengutuk aksi pembakaran Al Quran di Swedia oleh Ketua Partai Stram Kurs, Rasmus Paludan. Anggota parlemen Kuwait tersebut menyerukan boikot pada negara-negara yang tidak menghormati kesucian Islam.
Ke-41 anggota parlemen Kuwait tersebut menuangkan dalam pernyataan bersama seraya mengingatkan, praktik-praktik provokasi semacam itu melukai umat Muslim di seluruh dunia.
Mereka pun mengutuk Pemerintah Swedia karena melakukan pembiaran pada tindakan semacam itu dan mengajukan permohonan pada seluruh parlemen di dunia agar memboikot Pemerintah Swedia dan seluruh negara yang tidak menghormati nilai-nilai kesucian umat Muslim.
Ditekankan pula oleh parlemen Kuwait kalau praktik-praktik semacam itu sama sekali tidak merusak kesucian al Quran di hati setiap warga sipil.
Sebelumnya pada Senin, 23 Januari 2023, kelompok masyarakat Kuwait mengumumkan ajakan boikot pada produk-produk asal Swedia sebagai bentuk protes tindakan provokatif pembakaran Al Quran.
Seluruh negara-negara Teluk telah menerbitkan pernyataan mengutuk dan mencela serta mempertimbangkan insiden tersebut sebagai provokasi serius pada perasaan umat muslim di seluruh dunia.
Menteri Luar Negeri Kuwait Salem Abdullah Al-Jaber Al-Sabah memperingatkan tindakan semacam itu (membakar Al-Quran) bisa memicu kemarahan umat muslim di seluruh dunia dan provokasi berbahaya.
Aksi Paludan di Swedia
Sebelumnya pada Sabtu, 20 Agustus 2022, Paludan membakar salinan kitab suci Al-Quran di luar kantor Kedutaan Besar Turki di Ibu Kota Stockholm. Aksi pembakaean dilakukan di tengah perlindungan aparat kepolisian yang ketat yang mencegah orang-orang mendekati Paludan saat melakukan tindakan provokatif tersebut. Demikian dilansir middle east monitor.
Aksi Protes Umat Islam di Afghanistan
Ratusan pria Afghanistan menggelar protes di timur Kota Khost pada Selasa (24 Januari 2023) untuk mengungkapkan kemarahan atas pembakaran Al-Quran di depan Kedutaan Besar Turki di Ibu Kota Swedia, Stockholm. Kerumunan warga Afghanistan mengutuk insiden itu di Khost, sebuah kota yang berbatasan dengan Pakistan.
"Matilah pemerintah Swedia, matilah politisi seperti itu," teriak pengunjuk rasa di alun-alun utama kota, dilaporkan Al Arabiya, Selasa (24 Januari 2023).
Sejumlah foto yang beredar di media sosial menunjukkan para pengunjuk rasa berkumpul di alun-alun. Beberapa pengunjuk rasa memegang bendera Taliban, sementara petugas keamanan berjaga di dekatnya.
"Orang-orang Khost mengutuk pembakaran Alquran di Swedia dan meminta negara-negara Muslim untuk mengangkat suara mereka menentang politisi jahat dan kotor ini," kata Qadeer Lakanwal, seorang pengunjuk rasa dan salah satu penyelenggara aksi unjuk rasa.
Penyelenggara lain, Ibrahim Sayar, mengatakan tindakan pembakaran Alquran ini tidak boleh diulangi agar tidak menimbulkan kebencian di hati umat Islam terhadap agama lain. Kementerian Luar Negeri Afghanistan sebelumnya mengutuk pembakaran Al-Quran tersebut.
Pemerintah Swedia Gagal Lindungi Muslim
Pemerintah Swedia disebut gagal mencegah kejahatan kebencian berbasis agama terhadap Muslim dan Yahudi. Pada 2021, Muslim menanggung beban lebih dari setengah (51%) dari semua kejahatan kebencian terhadap kelompok agama di Swedia.
Pelajar Palestina memegang kitab suci Al-Quran saat berunjuk rasa mengecam aksi pembakaran Alquran oleh politisi sayap kanan Swedia Rasmus Paludan, di Gaza, Selasa (24 Januari 2023) waktu setempat.
Pelajar Palestina memegang kitab suci Al-Quran saat berunjuk rasa mengecam aksi pembakaran Alquran oleh politisi sayap kanan Swedia Rasmus Paludan, di Gaza, Selasa (24 Februari 2023) waktu setempat.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Dewan Pencegahan Kejahatan Nasional, angka tersebut diikuti oleh kelompok Yahudi (27%), Kristen (11%) dan kelompok lainnya (11%). Wanita Muslim dan Yahudi lebih mungkin dibandingkan pria untuk menjadi korban kejahatan rasial.
Kajian Kemenlu AS
Dalam Laporan Kebebasan Beragama 2021 oleh Departemen Luar Negeri AS, disampaikan banyak kejahatan rasial di Swedia tidak dilaporkan ke polisi. Menurut survei terhadap lebih dari 16.000 orang di 12 negara anggota UE, oleh Badan Hak Fundamental blok tersebut, anti-Semitisme disebut "dinormalisasi dengan tidak nyaman" di Swedia.
Lebih lanjut, sebanyak 40 persen responden dari Swedia menyatakan mereka telah mengalami pelecehan antisemit dalam lima tahun terakhir. Hampir sepertiga responden mengatakan mereka telah mengalami pelecehan antisemit dalam 12 bulan.
Selain itu, 39 persen responden mengatakan mereka khawatir menjadi korban pelecehan atau pelecehan verbal antiSemit dalam waktu 12 bulan. Tidak hanya itu, 27 persen menyatakan mereka takut diserang secara fisik dalam periode yang sama.
Partai sayap kanan Demokrat Swedia menerima 17 persen suara pada 2017 dan 20 persen pada 2022, yang menunjukkan peningkatan sikap antiSemit di masyarakat secara luas.
Di negara tempat tinggal 15.000 orang Yahudi, Kota Malmo telah menjadi pusat kejahatan rasial antiSemit. Hal ini dibuktikan dengan insiden kekerasan yang sering terjadi.
Menurut penelitian UE yang dilakukan pada 2019, kejahatan rasial antiSemit telah meningkat sebesar 70 persen dalam lima tahun terakhir di Malmo. Dilaporkan pula jamaah sinagog di Malmo telah menurun dari 2.500 menjadi 500 dalam 20 tahun terakhir.
Dilansir di Anadolu Agency, Kamis (26 januari 2023), Pemerintah Swedia berusaha memperbaiki citranya dengan menjadi tuan rumah "Forum Peringatan Holocaust dan Anti-Semitisme" di kota itu.
Namun pada 2021, dalam salah satu kegiatan tersebut, kata-kata "Holocaust adalah tipuan" diproyeksikan ke Sinagog Malmo. Gerakan Perlawanan Skandinavia neo-Nazi mengaku bertanggung jawab atas tindakan tersebut.
Pejabat organisasi Yahudi terkadang mengungkapkan keprihatinan mereka tentang situasi di Swedia dalam sumber terbuka. Menurut Ketua Anti-Defamation and Denial League (ADL) Jonathan Greenblatt, orang Yahudi Swedia prihatin dengan anti-Semitisme dan merasa tidak nyaman untuk mengungkapkan identitas agama mereka di negara tersebut.
Brenda Katten, yang bekerja pada integrasi imigran dan memimpin Asosiasi Israel, Inggris dan Persemakmuran, juga merasa sulit untuk tinggal di Swedia sebagai seorang Yahudi. Ia yakin anggota komunitas Yahudi tengah menghadapi anti-Semitisme yang berkembang di Swedia, serta hidup dalam ketakutan akan pelecehan fisik atau verbal.
Siyavosh Derakhti, yang bekerja melawan anti-Semitisme dan xenofobia, menyatakan komunitas Yahudi di Malmo telah berkurang 50 persen dalam 10 tahun terakhir. Menurut Derakhti, anti-Semitisme mengancam keberadaan minoritas di Malmo.
Delegasi ahli independen yang ditunjuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengunjungi Swedia pada 4 November. Pakar keadilan dan kesetaraan rasial, Tracie Keesee, Yvonne Mokgoro dan Juan Mendez mengadakan pembicaraan di Stockholm, Malmo dan Lund.
Pakar Independen
Pakar independen dari dewan mendesak Swedia meningkatkan upaya memerangi rasisme sistematis, serta fokus pada strategi untuk memulihkan kepercayaan antara polisi dan kelompok minoritas. Keesee menekankan polisi Swedia harus mendiversifikasi staf mereka untuk mencerminkan masyarakat multikultural.
Advertisement