Stok Minyak Goreng di Pasar Masih Menumpuk, Pedagang Merugi
Kebijakan pemerintah menerapkan harga minyak goreng Rp14 ribu per liter dikeluhkan pedagang pasar tradisional di Mojokerto. Pedagang merasa kebijakan ini justru menyengsarakan mereka, karena stok minyak goreng yang lama masih banyak.
Para pedagang sedih karena mereka terlanjur kulakan minyak dengan harga lama. Hal ini tentu membuatnya merugi. Seperti diketahui, pemerintah telah menetapkan harga minyak goreng seharga Rp14 ribu per liter pada 19 Januari lalu. Minyak murah ini dijual di toko ritel modern. Akibatnya, para pedagang di pasar kehilangan pembeli.
Hilangnya konsumen minyak di pasar tradisional ini karena selisih harga yang begitu tinggi antara toko ritel modern dengan pasar tradisional. Jika di toko ritel modern seharga Rp 14.000 per liter, para pedagang masih menjual dengan harga normal yakni di atas Rp 20.000-21.000 per liter.
Hal itulah yang membuat stok minyak goreng kemasan dari berbagai merk milik para pedagang di pasar tradisional menumpuk.
"Tetap bertahan, karena kulakan juga mahal, kalau bisa ya disamakan Rp 14 ribu. Kalau saya kulakan mahal rugi (Minyak goreng satu harga) nggak mau, siapa yang nekorin," kata Bu Nia, 40 tahun, salah satu pedagang di Pasar Tanjunganyar Kota Mojokerto, Senin 24 Januari 2022.
Sejak awal tahun kemarin, Nia sudah mendapatkan harga Rp 40.000 per kemasan 2 liter dari agen. Saat ini, ia pun stok dua dos minyak goreng yang masih belum laku. Per karton berisi 12 liter minyak goreng kemasan.
Meski pemerintah mematok harga minyak goreng kemasan untuk semau merek sebesar Rp 14.000 per liter. Nia bakal tetap menjual minyak gorengnya dengan harga lama yang didapatkan dari agen.
"Kalau ada yang bantu ya tak jual murah. Kalau nggak ada ya gak bisa rugi aku, makan apa nanti," ujarnya.
Keresahan yang sama juga dirasakan Puji Astuti. Perempuan 67 tahun ini tidak dapat menurunkan harga sesuai dengan ketentuan pemerintah. Hal ini terutama karena minyak goreng kemasan yang diambil dari agen sekitar Rp 18.000 sampai Rp 20.000 per liter sehingga para pedagang menjual dengan harga Rp 21.000 per liter.
Puji pun memilih tidak menjual minyak goreng kemasan yang sudah terlanjur dibeli dari agen. Ia tidak berani menjual dengan harga mahal jika pemerintah besok sudah menerapkan satu harga minyak goreng.
"Saya stok sendiri untuk dipakai di rumah dari pada rugi. Nekat jual mahal juga takut kena sanksi. Lebih baik kulakan lagi yang harga baru," ujar Puji Astuti.
Tak hanya itu, stok minyak goreng curah juga masih menumpuk di beberapa pedagang pasar tradisional. Harganya pun juga dipatok senilai Rp 19.000 per kilogram dari agen.
Advertisement