Stok Beras Menipis, Dirut Perum Bulog Sarankan Segera Impor
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) menegaskan, stok beras nasional sudah menipis. Ia menyarankan pemenuhan stok cadangan beras pemerintah (CBP) dari luar negeri atau impor. Bahkan, impor harus segera dilakukan.
Stok CBP saat ini hanya 651 ribu ton atau separuh dari target sebanyak 1,2 juta ton. Stok CBP menipis karena penyerapan beras di tingkat produsen menurun seiring dengan pasokan yang terbatas dan harga jual yang tinggi.
"Dari target yang kita alokasikan, kita sudah kumpulkan semua penggilingan dengan mitra kita. Yang tadinya sudah disepakati sampai Desember 2022, kita bisa serap 500 ribu ton sudah ada kontraknya, tapi sampai hari ini kita hanya mampu menyerap 92 ribu ton," kata Budi Waseso dilansir Antara, Kamis, 17 November 2022.
Menurut Buwas, kelangkaan beras atau gabah di tingkat produsen karena produksi yang menurun. Hal ini dikarenakan perubahan cuaca yang menyebabkan gagal panen di sejumlah wilayah.
"Selain ada anomali cuaca, kita harus sadari kita tidak bisa pastikan hasil panen sesuai dengan fakta di lapangan, pasti produktivitas gabah pasti turun. Karena di beberapa wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, juga terendam banjir sawah yang sudah mau panen, sehingga mempengaruhi jumlah yang akan panen," imbuh Buwas.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi menyebut terjadi kenaikan harga beras atau gabah sejak Juli 2022 hingga saat ini.
Kenaikan harga tersebut terjadi karena ongkos produksi meningkat lantaran harga pupuk yang naik, termasuk imbas kenaikan harga BBM.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaluddin Iqbal menyampaikan, saat ini stok menurun dikarenakan masifnya penyaluran beras Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) atau operasi pasar sejak Agustus 2022.
Aman menurut Bulog itu aman dalam penyaluran, dari stok yang ada aman hingga akhir tahun. Adapun, kondisi stok Perum Bulog yang tercatat dalam laporan perkembangan harga, inflasi, dan stok indikatif kebutuhan pokok Kementerian Perdagangan pasokan beras pada Agustus 2022 di angka 1,05 juta ton dengan ketahanan 13,4 bulan.
Sementara pada September 2022, di angka 861.966 ton dengan ketahanan 10,8 bulan dan per 3 Oktober 2022 berada di posisi 798.013 ton. Bila menarik angka dari Agustus 2022, artinya pasokan telah menyusut 248.224 ton.
Meski demikian, Iqbal melihat bila berasumsi penyaluran beras setiap bulannya 200.000 ton, artinya stok yang ada cukup hingga akhir tahun mengingat panen raya akan kembali terjadi pada awal tahun.
Sementara itu, penurunan tersebut seiring dengan jumlah penyaluran beras KPSH Perum Bulog yang rata-rata per bulan sebesar 37.035 ton, namun pada Agustus 2022 meningkat signifikan menjadi 214.923 ton dalam upaya menahan laju harga beras medium.
Jumlah penyaluran September (hingga 23 September 2022) telah tembus 146.727 ton. Harga beras yang terpantau pada hari ini pun bila dibandingkan dengan bulan lalu naik 1,59 persen untuk premium menuju angka Rp12.800 per kg dan jenis medium naik 2,86 persen menjadi Rp10.800 per kg.
Lebih lanjut, Iqbal menyampaikan bahwa saat ini untuk komoditas beras tengah memasuki masa tanam sehingga ketersediaan di masyarakat berkurang. Bagi petani yang melakukan dua kali masa tanam, pada periode Agustus-September terjadi panen gadu, di mana produksi petani lebih sedikit dibandingkan musim panen raya, namun kualitas gabah lebih baik, sehingga harga gabah atau beras di petani mengalami kenaikan.
Selain itu, Perum Bulog mencatat penaikan harga BBM mulai September 2022 yang berdampak pada kenaikan biaya logistik dan pengolahan/operasional dalam pengolahan gabah beras. Mulai terbukanya mobilitas dan banyak kegiatan turut menaikkan permintaan pangan dan mendorong penyaluran beras.
Karenanya, Perum Bulog melakukan operasi pasar atau KPSH untuk membanjiri beras dan menahan laju harga beras medium. Sebelumnya, Badan Pangan Nasional mendorong Perum Bulog untuk mengisi ketersediaan gudangnya sesuai dengan batas aman yang pemerintah tetapkan, yaitu 1,2 juta hingga 1,5 juta ton.