Stiker Provokasi Kader PDIP Dilaporkan ke Polrestabes Surabaya
Jelang Pilkada Surabaya, iklim politik memanas. Wajah dua kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dijadikan meme lengkap dengan kalimat sindiran. Bermula dari warga Petemon, Surabaya, Kongko Windani lapor ke Polrestabes Surabaya. Ia menemukan stiker bernada provokasi.
"Stiker warna merah bergambar wajah Pak Wakil Walikota Surabaya Whisnu Sakti Buana dan bakal calon Walikota Surabaya Eri Cahyadi. Stiker tersebut ditempelkan di wilayah Petemon, Surabaya," jelasnya.
Kongko Windani ditemani Kepala Badan Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat (BBHAR) PDIP Surabaya, Arif Budi Santoso, membawa stiker tersebut sebagai barang bukti. Stiker tersebut bertuliskan, "Jare Mak’e, Gak Perlu Jadi Walikota. Tumpakno Replika Banteng Wes Seneng." (Kata ibunya, tidak perlu jadi walikota. Dinaikkan replika banteng sudah senang).
Arif Budi Santoso menjelasakan, pihaknya mendapat laporan warga bahwa ada beberapa orang tak dikenal menempelkan stiker di tiang listrik, tembok-tembok dan beberapa tempat strategis di kawasan Jalan Petemon Barat hingga Jalan Petemon Gang III, pada Jumat 18 September 2020 dini hari. Kawasan itu dikenal sebagai basis pendukung PDIP.
Sticker itu langsung mengundang perhatian warga. Warna merah dan wajah dua orang yang dijadikan meme tengah naik banteng akrab di mata warga setempat.
"Pak Whisnu Sakti Buana digambarkan sedang duduk di atas banteng hitam. Sedangkan Pak mantan Kepala Bappeko Surabaya yang juga bakal calon Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, duduk di atas sofa empuk," terang Arif Budi Santoso.
Beruntung, lanjut Arif Budi Santoso, warga berhasil menyita barang bukti tersebut. "Ini kan semacam hasutan, mengadu domba antarkader PDI Perjuangan. Akhirnya kita amankan mereka. Kita copot stiker yang sudah tertempel, kurang lebih ada 500 biji. Yang belum tertempel, juga kita sita," tegas Arif Budi Santoso.
Selain mengamankan barang bukti, warga juga berhasil menciduk dua orang yang melakukan penempelan sticker ilegal tersebut. Mereka adalah Januar Johan Ramadhan dan Kristianto.
"Waktu kita tanya, mereka mengaku disuruh seseorang bernama Jimmy. Akhirnya, kita panggil Jimmy. Jimmy ngakunya juga disuruh orang. Alasannya untuk memperkuat kader PDIP. Ini tidak masuk akal. Jimmy kita suruh untuk memanggil orang yang menyuruhnya, tetapi malah tidak kembali," beber Arif Budi Santoso.
Kasus ini akhirnya dilaporkan ke Polrestabes Surabaya dan Bawaslu kota Surabaya. Arif Budi Santoso berharap, kader PDIP khususnya Kota Surabaya tidak mudah terhasut dan terprovokasi.
"Kabarnya, stiker semacam itu juga bertebaran di wilayah tengah kota. Makanya, kalau ada kader yang menemukan itu, tolong dicopot saja, dan laporkan kepada kita," tutup dia.