Stasiun Banyuwangi Kota Direvitalisasi dengan Konsep Bangunan Adat Osing
PT. Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 9 Jember melakukan pengembangan Stasiun Banyuwangi Kota yang berada di Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.
Pengembangan ini bagian dari peningkatan pelayanan. Apalagi Stasiun Banyuwangi lokasinya sangat strategis karena dekat dengan kota dan berbagai destinasi andalan kota ujung timur Pulau Jawa ini.
Proyek pengembangan Stasiun Banyuwangi Kota ini, menurut Manager Hukum dan Humas KAI Daop 9 Jember, Cahyo Widiantoro, telah dimulai bulan Maret 2024 lalu. Proyek ini ditargetkan selesai sebelum akhir tahun 2024.
“Sebagai bentuk dukungan terhadap kebudayaan daerah, penataan Stasiun Banyuwangi Kota ini nantinya juga akan mengadopsi bentuk bangunan atau ornamen dari masyarakat Osing, yang merupakan suku asli dan menempati wilayah Banyuwangi,” katanya.
Dia menambahkan, pengembangan yang dilakukan di Stasiun Banyuwangi Kota ini di antaranya penambahan ruang tunggu penumpang, perluasan area parkir, dan penambahan beberapa fasilitas pelengkap lainnya.
“Selama Bulan April 2024, sebanyak 71.568 pelanggan menggunakan kereta api dari Stasiun Banyuwangi Kota, artinya rata-rata setiap hari terdapat 2.386 penumpang yang naik dan turun di stasiun ini,” jelasnya.
Stasiun yang dulunya bernama Stasiun Karangasem ini menjadi salah satu stasiun tempat naik turun penumpang dengan kategori jumlah kepadatan penumpang tertinggi. Selain Stasiun Banyuwangi Kota, stasiun di Banyuwangi yang cukup padat adalah Stasiun Ketapang, Stasiun Rogojampi dan Stasiun Kalisetail.
Meningkatnya minat masyarakat untuk berwisata di Kabupaten Banyuwangi dan lokasi stasiun yang cukup dekat dengan pusat kota, serta beberapa destinasi wisata seperti Kawah Ijen, Desa adat Kemiren membuat Stasiun Banyuwangi Kota menjadi tempat yang cukup strategis.
“Harapannya Stasiun Banyuwangi Kota yang merupakan salah satu pintu gerbang wisata, nantinya bukan hanya sebagai tempat naik turun penumpang, tapi juga menjadi ikon atau simbol baru yang bisa menjadi kebanggaan masyarakat Banyuwangi,” ungkapnya.
KAI Daop 9 Jember juga menyampaikan permohonan maaf kepada para pelanggan di Stasiun Banyuwangi Kota yang kenyamanannya terganggu dikarenakan adanya pekerjaan proyek pengembangan.
Dikonfirmasi terpisah, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyatakan, sejak awal, ketika ada keinginan PT KAI untuk merevitalisasi stasiun, Pemkab Banyuwangi sudah memberikan beberapa evaluasi. Terutama berkaitan dengan muatan lokal dari sebuah bangunan.
“Itu penting bagi kami di Banyuwangi. Dan itu juga bagian dari destinasi, maka harus menyesuaikan dengan budaya Banyuwangi,” tegasnya.
Ipuk menambahkan, ada beberapa tambahan desain selain dari konsep yang sama dari semua stasiun yang memang menjadi ciri khas PT KAI. Khusus di Banyuwangi, ditambahkan desain-desain lokal. Sehingga memberikan perbedaan tersendiri dibanding dengan stasiun lain.
“Jadi ada beda kalau turun di Banyuwangi Kota atau di Ketapang, ada perbedaan dengan stasiun lain,” terangnya.
Tidak hanya itu, menurut Ipuk, dirinya juga meminta KAI untuk bisa mengampu para pelaku UMKM yang ada di sekitar Stasiun Banyuwangi Kota. Sebab mereka sudah lama berdagang dan bahkan tinggal di sana.
“Kami berharap KAI juga bisa mengampu mereka menjadi bagian dari stasiun,” pungkasnya.