Stand Up Comedy Santri, Lelucon Tanpa Menertawakan Agama
Jakarta: Stand up comedy, kini tengah menyita kepopuleran di Indonesia. Kemunculan komedi tunggal ini berawal sejak tahun 1800-an di negara asalnya Amerika, kini stand up comedy pun akan segera bisa dinikmati dan diminati para santri di pondok pesantren.
“Kemenag sedang menyusun stand up comedy santri,” kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam sebuah diskusi buku di Jakarta, Sabtu (22/7).
Lukman menjelaskan, yang berbeda dari ajang itu bukan hanya pesertanya yang akan diisi santri. Isi guyonannya pun tak boleh sembarangan dan keluar dari kaidah agama.
“Isinya banyak cerita sufi, tapi diceritakan secara cair,” tuturnya.
Dengan demikian, konteks agama tetap bisa masuk dalam kehidupan, bahkan budaya populer.
Lukman terpikir ide itu karena melihat bahwa sebenarnya pesantren kaya akan cerita humor. Stand up comedy, menurutnya, adalah salah satu cara membuat orang rileks dalam beragama.
Itu juga cara agar tidak memonopoli nilai kebenaran, melainkan menerapkan esensi beragama. Menurutnya, itu lebih penting karena monopoli kebenaran bisa berujung konflik.
“Misalnya, pemaknaan tentang surga. Kita menganggap bahwa yang masuk surga adalah orang yang selama ini paling rajin ibadahnya dan segala macam,” ujarnya memberi contoh.
Tapi, ia melanjutkan, jangan-jangan sebenarnya mereka yang tinggal di Bekasi atau Ciledug lah yang mendapat prioritas masuk surga, karena berhasil menahan sabar di tengah macet.
“Mereka yang tinggal di Bekasi atau di Ciledug itu sudah puluhan tahun melatih kesabarannya ketika berangkat dan pulang dari kantor. Karena macetnya yang luar biasa, dan dia dalam menjalani proses kemacetan itu mampu mengendalikan emosinya, syahwatnya, untuk lalu betul-betul tetap sabar, nah orang-orang yg begini ini mampu bersabar puluhan tahun.” Guyonnya, menjelaskan humor seperti itulah yang akan dibawakan stand up comedy santri. (kuy)