Stabilitas Afghanistan Sebatas Seruan, Ini Fakta AS Vs Taliban
Prospek damai di Afghanistan masih menyisakan tanda tanya. Apalagi, Taliban semakin gencar berusaha menguasai wilayah Afghanistan, khususnya pasca pengumuman penarikan pasukan Amerika Serikat secara penuh sebelum September 2021 depan.
Awal pekan ini Jenderal militer Amerika Serikat, Mark Milley, mengungkapkan, lebih dari 200 distrik di sekitar 17 provinsi Afghanistan berada di bawah kendali Taliban.
“Saya dapat katakan kepada Anda per hari ini kurang lebihnya saya rasa sekitar 212, 213 dalam rata-rata itu 200an pusat distrik adalah di bawah kendali Taliban. Jumlahnya sekitar setengah dari sekitar 419 distrik yang ada di sana. Ada 34 pusat provinsi di Afghanistan tidak ada satupun dari jumlah itu yang direbut Taliban,” ungkap Jenderal Milley.
Narasi Kemenangan Taliban
Jenderal Milley mengungkapkan, pengendalian wilayah oleh Taliban itu terjadi dalam 10 bulan terakhir.
“Meskipun mereka terus memberikan tekanan di wilayah pinggiran atau mungkin setengah dari jumlah itu atau 17 dari mereka secara nyata. Dan, secara kasar urutan besarnya sejumlah besar wilayah telah direbut selama 6,8,10 bulan oleh Taliban,” terangnya.
Menurut Jenderal Milley, Taliban secara jelas menyebar narasi kemenangan yang menurutnya hanya merupakan sebuah propaganda.
“Ada narasi yang sangat jelas di sana bahwa Taliban menang, dimana faktanya adalah mereka mempropaganda sebuah kemenangan yang tak dapat diciptakan atas nama mereka. Mereka mendominasi banyak gelombang udara atas hal-hal yang disebutnya sebagai kemenangan itu,” tegasnya.
Dikatakan Jenderal Milley, apa yang dilakukan Taliban itu adalah sebagai upaya untuk mengisolasi wilayah-wilayah yang menjadi pusat mayoritas penduduk.
“Apa yang coba dilakukan Taliban adalah mengisolasi wilayah yang menjadi pusat mayoritas populasi. Mereka mencoba melakukan hal yang sama terhadap Kabul,” ucap Jenderal Milley.
Derita Warga di Kandahar
Kandahar merupakan salah satu provinsi yang berusaha direbut Taliban dan peperangan melawan militer pemerintah pun terjadi sejak tiga pekan terakhir.
Kondisi tidak kondusif itu menyebabkan ribuan warga setempat yang meninggalkan rumah mereka.
Salah seorang warga Kandahar, Sayad Mahammad, menyatakan, warga terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat aman.
“Kami menghadapi berbagai tantangan, bahkan para perempuan dan anak-anak meninggal rumah dengan hanya membawa sedikit pakaian,” ungkap Sayad Mahammad kepada Aljazeera.
Seruan Menhan di India
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken berkunjung ke New Delhi, India, untuk mengadakan pertemuan bilateral bersama Menlu Subrahmanyam Jaishankar, Rabu 28 Juli 2021.
Selain membahas perkembangan kerja sama bilateral, kedua Menlu turut membahas berbagai situasi di wilayah salah satunya mengenai Afghanistan.
Blinken mmenyatakan, aik AS maupun India akan melanjutkan kerja sama untuk memberikan dukungan penuh kepada rakyat Afghanistan, khususnya pasca penarikan pasukan Amerika Serikat dan NATO yang ditargetkan rampung sebelum 11 September.
“Sebagai pemimpin dan mitra kritis di wilayah India telah membuat dan kami akan membuat kontribusi vital untuk stabilitas dan perkembangan di Afghanistan,” ujar Blinken dalam konferensi pers, ditulis Kamis 29 Juli 2021.
Jaga Stabilitas Regional
Dijelaskan Blinken, stabilitas di Afghanistan merupakan hal yang penting untuk mendukung rakyat Afghanistan.
“Kami juga akan melanjutkan kerja sama bersama untuk mempertahankan keuntungan bagi rakyat Afghanistan dan mendukung stabilias regional, pasca penarikan kekuatan koalisi dari negera itu,” tambahnya.
Jaishankar menekankan, kemandirian dan kedaulatan Afghanistan dapat diraih dengan tidak adanya berbagai pengaruh jahat dari luar.
“Seperti pemaksaan sepihak dari pihak manapun yang secara jelas tidak akan menjadikannya demokratis dan tidak akan pernah menggiring pada stabilitas. Tidak pula berbagai upaya itu bisa mendapatkan legitimasi dari keuntungan untuk rakyat Afghanistan terutama pada berbagai hak untuk kelompok minoritas perempuan dan kebebasan non sosial, Lebih dari dua dekade adalah bukti diri yangmana kita harus secara bersama-sama bekerja untuk menjaganya,” papar Jaishankar.
Pada pertemuan itu, Jaishankar juga menyebut Afghanistan tidak seharusnya menjadi rumah bagi terorisme dan sumber asal para pengungsi.
“Lebih dari dua dekade adalah bukti diri yangmana kita harus secara bersama-sama bekerja untuk menjaganya. Afghanistan tidak harus menjadi rumah untuk terorisme, tidak juga sebagai sumber asal pengungsi,” imbuhnya.
Penarikan Pasukan AS secara Bertahap
Sejak Mei, Amerika Serikat secara bertahap menarik pasukannya dari Afghanistan setelah dua dekade berada di wilayah itu untuk memberikan bantuan memerangi Taliban.
Namun, pada akhir pekan lalu Amerika Serikat mengirimkan sejumlah pasukannya mendukung militer Afghanistan dalam meningkatkan serangan udara terhadap Taliban.
Jenderal Marinir Amerika Serikat, Kenneth McKenzie, mengatakan, pihaknya mempersiapkan melanjutkan dukungan jika Taliban melanjutkan serangan dalam beberapa pekan ke depan.
“Amerika Serikat meningkatkan serangan udara dalam mendukung tentara Afghanistan dalam beberapa hari terakhir. Kami juga mempersiapkan diri untuk melanjutkan dukungan level tinggi ini dalam beberapa minggu jika Taliban melanjutkan serangan mereka,” terang Jenderal McKenzie.
Para pejabat Afghanistan di Provinsi Kandahar mengatakan, 22.000 keluarga telah diusir dari rumah mereka selama berminggu-minggu pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan Taliban akibat perang dalam tiga minggu terakhir.