Stabilisasi Harga Beras, Bulog-Pemkab Banyuwangi Tinjau Pasar
Badan Urusan Logistik (Bulog) Banyuwangi bersama Satgas Pangan dan instansi terkait meninjau sejumlah pasar tradisional di Banyuwangi. Kegiatan ini untuk memastikan pelaksanakan program Gerebek Pasar yang saat ini digelar untuk mengendalikan harga beras berjalan dengan baik.
Pimpinan Cabang Bulog Banyuwangi, Harisun menyatakan, kegiatan itu merupakan bagian dari stabilisasi pasokan harga pangan (SPHP).
Dia menyebut, kegiatan ini sudah sering dilakukan. Kali ini dilaksanakan bersama Asisten Perekonomian Dan Pembangunan Pemkab Banyuwangi, Dwi Yanto dan juga Satgas Pangan.
“Karena tren kenaikan harga beras ini dilihat day per day cukup signifikan, akbirnya diperintahkan pusat ke seluruh Indonesia untuk melakukan gerebek pasar, tagline Sigap atau siap jaga harga pasar,” jelasnya.
Dia menjelaskan, Gerebek Pasar untuk SPHP ini fokus pada komoditi beras. Mengingat belakangan ini harga beras di sejumlah daerah mulai meroket. Sasarannya, di pasar-pasar yang menjadi catatan BPS dan Pemkab Banyuwangi yakni Pasar Banyuwangi, Pasar Blambangan, Pasar Rogojampi, Pasar Jajag dan Pasar Genteng.
Dalam rangka stabilisasi harga beras ini menurutnya, setiap harinya Bulog Banyuwangi memasok antara 15 ton sampai 25 ton. Jumlah ini disuplai ke toko-toko yang ada di pasar tradisional juga toko-toko ritel yang bekerja sama dengan Bulog seperti RPK (Rumah Pangan Kita).
“Harga eceren tertinggi (beras Bulog) Rp9.450. Dengan kondisi harga beras (di pasaran) saat ini bisa Rp12.000 ribu sampai Rp12.500. Makanya kita dibatasi HET,” ujarnya.
Gerebek Pasar ini, menurutnya, akan dilakukan sampai harga beras mulai stabil. Sebab, tujuan utama pelaksanaan gerebek pasar ini untuk menjaga jangan sampai kenaikan harga beras ini terus berlanjut.
Dia menegaskan, Bulog punya tugas memastikan pemerintah hadir di tengah masyarakat untuk memberikan kepastian stok cukup dan memberikan harga yang sangat terjangkau bagi masyarakat. “Ritme kita atur, kalau kondisi agak normal kita mungkin agak dikurangi,” jelasnya.
Asisten Perkonomian dan Pembangunan Banyuwangi, Dwi Yanto, menyatakan, Pemkab Banyuwangi terus membangun kolaborasi. Dia menyebut, investasi itu kuncinya pada inovasi dan kolaborasi. Inovasi dengan Gerebek Pasar ini sangat penting untuk menjaga mengendalikan inflasi.
Menurutnya, bahan pokok ini merupakan harga bisa membuat gejolak. Ketika harganya naik sedikit saja, seluruh harga komoditi dan sektor lain akan naik. Lebih dari itu, kondisi tersebut bisa menyebabkan inflasi sangat tinggi.
“Kami selalu kolaborasi dengan Bulog. Dengan Demikian inflalasi kita dari 6,04 sekarang jadi 3,92, mudah-mudah dalam waktu dekat turun,” ujarnya.
Sejumlah pedagang di Pasar Banyuwangi menyebut beras SPHP yang disuplai Bulog sangat membantu masyarakat. Karena harganya yang murah meriah namun kualitas terjaga, beras SPHP Bulog menjadi idola masyarakat. Kemasan 5 kg dijual seharga Rp47 ribu.
“Laris sekali, di tempat saya sehari bisa 50 sak lebih,” jelas salah seorang pedagang pasar Banyuwangi, Sutnami, 67 tahun.
Hal yang sama disampaikan Nurhayati. Pedagang di dalam pasar Banyuwangi ini menyebut, beras SPHP yang disuplai Bulog langsung diserbu masyarakat. Agar semua pelanggannya kebagian, dia membatasi satu pelanggan maksimal membeli 2 zak ukuran 5 kg.
Dia menjelaskan, harga beras sudah sekitar 10 hari ini mengalami kenaikan. Rata-rata per kilonya naik antara Rp500 hingga Rp1.000 per kilogram. Untuk harga beras medium dia menjual Rp12.500 per kilogram sedangkan beras premium Rp13.500 per kilogram. “Naiknya sudah sekitar 10 hari yang lalu, seminggu bisa naik dua kali,” bebernya.