Ssttt! Jember Punya Potensi Seperti Kuba. Apa Itu?
Ssttt! Jember Punya Potensi Seperti Kuba. Apa Itu?
Julukannya 1000 bukit. Itulah Kabupaten Jember. Kabupaten di Provinsi Jawa Timur ini sering disebut bagian dari wilayah Tapal Kuda. Tapi kenapa tapal kuda ya? Padahal tak ada aktivitas kuda yang masif di sana.
Menyebut Jember mestinya menyebut Cerutu. Bukan tapal kuda. Sebab Jember memang memiki potensi besar dengan komoditas cerutu. Jember adalah penghasil cerutu terbaik nomor satu di Indonesia. Bahkan, dia, nomor dua terbaik dunia setelah Kuba.
Jember dijuluki Kabupaten 1.000 bukit karena memang memiliki 1.666 bukit. Bukit-bukit itu tersebar di seluruh wilayah Jember. Sebagian dari bukit-bukit itulah tanaman tembakau tumbuh dengan suburnya.
Tembakau Jember menjadi komoditas sangat penting bagi produsen rokok. Spesifiknya Jember juga mampu menghasilkan cerutu.
Jember mampu memproduksi cerutu karena memiliki tembakau berkualitas dunia. Malahan, jauh sebelum Jember menghasilkan cerutu, nama Jember sudah lama dikenal oleh negara-negara eropa sebagai asal legenda tembakau.
Di Bremen, Jerman, misalnya, para penggemar cerutu atau sering disebut aficionado tahu belaka rasa racikan cerutu jika tidak menyertakan tembakau Jember. Sebab itu tembakau Jember harus tersedia di sana.
Fanatisme para pengemar cerutu boleh dibilang cukup berlebihan. Maka, kalau mereka sudah tergila-tergila kepada tembakau yang berasal dari daerah tertentu. Akan dicarinya sampai dapat. Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di Jerman, beberapa negara lain yang lebih dahulu mengenal cerutu juga memiliki fanatisme yang sama.
Umumnya tembakau yang berasal dari Jember oleh para produsen cerutu dunia dimanfaatkan terutama untuk pembalut cerutu. Disebut juga deklabad. Kalau tidak dijadikan deklabad, tembakau-tembakau Jember itu biasanya dipakai sebagai bahan pengikat (binder) atau pengisi (filler) aroma cerutu.
Ritual Suku Indian
Konon, daun tembakau sudah dimanfaatkan manusia sejak tahun 1482. Seorang penjelajah bernama Christopher Columbus yang mendarat pertama kali di kepulauan Karibia mengabarkan hal itu. Di pendaratannya yang istimewa itu, ia melihat sebuah upacara ritual suku Indian yang menghirup asap dari sebuah tumpukan daun yang disulut dengan api. Asap itu kemudian disalur ke mulut lewat sebuah pipa.
Sebagian asap yang masuk mulut kemudian ditelan, kemudian disemburkan lagi melalui mulut dengan hembusan nafas yang panjang. Belakangan diketahui, tumpukan daun yang disulut itu ternyata adalah tembakau.
Di luar acara ritual, kala itu, rupanya mengisap asap tembakau bagi orang Indian menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Sebab, menurut mereka, asap tembakau memiliki khasiat yang dapat memberikan sebuah semangat dalam menjalani hidup.
Lalu sejak kapan tembakau itu disulap menjadi cerutu (cigars)? Data yang pasti masih samar-samar. Namun sekitar tahun 1800-an di Kuba ada kegiatan masyarakat di Quelta Abajo yang membuat ”rokok” dari daun tembakau yang digulung. Gulungan daun tembakau itu kemudian dijadikan barang dagangan yang paling dicari. Dari sinilah tampaknya cerutu berkembang hingga kini.
Kuba yang memulai membuat cerutu, dan sampai sekarang negara tersebut tak tergoyahkan sebagai negeri penghasil cerutu bermutu dan terbesar di dunia. Setelah Kuba yang menduduki papan atas, Indonesia terwakili oleh Jember yang tembakaunya diekspor ke negara-negara pembuat cerutu.
Penghasil cerutu dunia lainnya adalah Dominika, Brasil, Meksiko, Equador, Jamaica, Kepuluan Canary, Filipina dan Amerika Serikat. Tak hanya tembakau Jember yang diekspor, tembakau Sumatera pun juga diekspor yang biasanya dipakai untuk wrapper-nya. (widikamidi/bersambung dari 3 tulisan)