Sriwijaya Air Protes, Maskapai Nasional Bisa Rusak
PT Sriwijaya Air akhirnya buka suara terkait gagasan pemerintah mengundang maskapai asing ke pasar penerbangan dalam negeri. Maskapai nasional lainnya bagaimana?
Saat ini PT Sriwijaya Air mengoperasikan dua maskapai di dalam negeri, yaitu Sriwijaya Air dan NAM Air.
Direktur Utama Sriwijaya Air Joseph Adrian Saul menilai gagasan memasukkan maskapai asing ke pasar penerbangan dalam negeri berpotensi mengubah iklim pasar saat ini.
Joseph bahkan menyebut bukan tidak mungkin kebijakan tersebut bisa membunuh maskapai nasional yang saat ini masih jatuh bangun mempertahankan bisnisnya.
Apalagi, kata dia, jumlah pemain di industri ini tinggal 10 maskapai dari sebelumnya sekitar 30 maskapai beberapa tahun lalu. Sementara sisanya, terpaksa bangkrut karena tidak bisa bertahan.
"Yang saya khawatirkan adalah bisa merusak pasar penerbangan domestik yang kemudian setelah itu ditinggalkan," ucapnya.
Di sisi lain, menurutnya, gagasan mengundang maskapai asing karena isu tingginya tarif tiket pesawat menyudutkan maskapai nasional. Sebab, seolah-olah maskapai nasional menjadi biang keladi kenaikan tarif tiket.
Maskapai, menurut dia, juga dituding menyebabkan melorotnya pertumbuhan industri pesawat lantaran tarif pesawat yang disebut mahal. Padahal, menurutnya, maskapai nasional perlu melakukan penyesuaian harga untuk bertahan hidup.
Ia pun mengklaim kenaikan harga sebenarnya dilakukan bertahap dan sesuai dengan sistem travel online.
"Penerbangan dianggap menjadi satu-satunya penyebab industri pariwisata menurun, tapi di pihak lain, saya tidak dengar industri perhotelan membantu mendorong pariwisata. Toh, peak season Lebaran, harga hotel juga mahal sekali," jelasnya.
Lebih lanjut, Joseph berpandangan ketimbang menambah maskapai asing ke pasar penerbangan Tanah Air, lebih baik seluruh pihak berusaha untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Dengan begitu, tercipta kemampuan baru di pasar penerbangan dalam negeri.
"Airlines sudah beroperasi sangat efisien, yang perlu ditingkatkan ya daya beli masyarakat," imbuhnya. (*)