Spiritualitas Baru di Era Pandemi, Begini Laku Makhluk Berpikir
Dalam buku Denny JA, Spirituality of Happiness, Spiritualitas Baru Abad 21 Narasi Ilmu Pengetahuan, menyodorkan munculnya spiritualitas baru. Hal itu dirumuskan ke dalam 3P+2S, Personal Relationship, Positivity, Passion, dan 2S yaitu Sense of progress dan Small Winning; serta Spiritualitas Blue Diamond.
Berikut catatan Kristin Samah, penulis dan konsultan komunikasi.
Ia menyebut personal relationship sebagai prinsip pertama. Spiritualitas muncul dalam hubungan personal yang akrab dengan orang lain, saling mengasihi, saling menumbuhkan. Jumlah tak penting, yang penting kualitas hubungan.
Seperti anak-anak yang berada di panti asuhan memikirkan orang-orang tua di panti jompo. Mereka tidak memikirkan jumlah uang yang besar untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi—karena mereka pun sesungguhnya turut terdampak. Mereka mengumpulkan rupiah yang jumlahnya tidak sampai berjuta-juta, sekadar untuk membeli tanda kasih untuk menguatkan personal relationship.
Prinsip kedua yang ditawarkan Denny adalah Positivity. Bukalah mata lain. Lihat sisi positif aneka peristiwa. Derita dan musibah dapat dilihat dengan hikmah. Bahwa derita itu membawa pesan Tuhan untuk pertumbuhan bagi yang mengalami.
Demikianlah pandemi, sebagai sebuah ujian bagi umat manusia. Kelas “Menulis untuk Kesehatan Mental” yang semula didedikasikan untuk membantu orang-orang yang mungkin mengalami stres atau bahkan depresi akibat pandemi, pada kenyataannya justru menemukan banyak orang yang bisa melihat dengan mata batin. Melihat sisi positif dari pandemi, kemudian bangkit dengan kreativitas-kreativitas baru yang segar dan menyenangkan.
Passion sebagai prinsip ketiga spiritualitas baru ala Denny dimaknai sebagai keterlibatan sepenuh hati dalam hal atau aktivitas yang disukai. Prinsip ini dirumuskan berdasarkan hasil riset. Apa pun jenis kelamin, usia, warna kulit, status ekonomi. Apa pun agama yang dipeluk, asal negara, tinggi rendah jabatan. Semua homo sapiens dapat mengalami suasana ekstase dan flow.
Entahlah apa yang terjadi pada seorang pria yang di masa pandemi mengoleksi tanaman-tanaman yang hanya berbunga di pagi hari. Mungkin keasyikan itu hanya muncul untuk mengganti kesibukan di pagi hari ketika harus berada di kemacetan jalan menuju tempat aktivitas.
Namun ketika kegiatan pengganti itu dilakukan dengan kesungguhan hati, bahkan mampu menemukan makna baru dari interaksinya dengan bunga-bunga yang hanya indah sesaat, maka sesungguhnya ia telah menemukan apa yang dikatakan Rumi, seperti dikutip Denny.
“Jika kau jalani sepenuh jiwa, sungai makna deras mengalirimu.” Renungkan pula, “Buka hati bagi setiap panggilan yang membuat batinmu riang.” Atau “Sang pencari yang dipenuhi cinta, tak pernah tersesat.”
Dua panduan lain dalam spiritualitas baru ala Denny, yang melengkapi tiga prinsip lainnya adalah 2S. “S” yang pertama adalah Sense of Progress dan Small Winning; sedangkan “S” kedua adalah Spiritual Blue Diamond.
Pencapaian maupun kemenangan, sekalipun kecil, akan membuahkan kebahagiaan yang bermakna. Kebahagiaan hakiki justru dicapai ketika berhasil memenangkan hati orang tua jompo. Ketika melihat selembar selimut yang dibeli dari berjualan dolca latte mampu menerbitkan air mata orang tua.
Pencapaian dan kemenangan bukan hanya milik orang-orang yang memiliki anugerah kelebihan intelektualitas dan keterampilan, tetapi milik semua orang. Dan terutama milik orang-orang yang memiliki hati untuk berbagi dengan sesama manusia.
Pada prinsip kelima, Spiritual Blue Diamond, Denny menyebut tiga nilai terpenting yang muncul dari banyak agama besar dan filosofi Stoicism seperti The Golden Rule, Power of Giving, dan The Oneness.
The golden rule, prinsip kebajikan, atau prinsip utama moralitas. Melakukan pada orang lain apa yang kau harap orang lain lakukan padamu. Atau sebaliknya, jangan lakukan pada orang lain, apa pun yang tak kita inginkan orang lain lakukan pada diri kita.
Power of Giving berarti memberikan apa pun yang bisa untuk menolong, menumbuhkan, atau membahagiakan orang lain. Lakukan ini terutama kepada mereka yang tak beruntung. Pemberian tak selalu berarti materi. Yang utama adalah dedikasi untuk ikut menumbuhkan orang lain.
Sedangkan The Oneness adalah prinsip yang dipahami segala hal itu satu, dan adanya saling keterkaitan satu sama lain. Bahwa kita sesama manusia itu satu, dengan lingkungan hidup itu juga satu, dengan semesta tak berhingga juga satu.
Pada akhirnya, Spirituality of Happiness karya Denny JA yang lengkap dengan catatan kaki di setiap akhir judul artikel, seperti menyodorkan cermin untuk melakukan refleksi di era pandemi. Ketika kita harus di rumah saja, jaga jarak, dan hindari keramaian, sesungguhnya kita memang tidak perlu pergi ke mana-mana karena spiritualitas itu tidak di mana-mana. Ia berada di dalam diri kita sendiri. ***
Demikian catatan Kristin Samah, penulis dan konsultan komunikasi