Sowan ke Tebuireng, Begini Pesan untuk Syaikh Abdul Shomad
Syaikh Abdul Shomad, melakukan serangkaian silaturahmi di sejumlah ulama pesantren. Selain itu, juga sowan dzuriyah dan para Pendiri NU dan ziarah ke Makam Para Pendiri (maqbaroh muassis) NU. Seusai sowan Maulana Habib Luthfi Bin Yahya dan KH. Maimoen Zubair, lalu ke KH. Salahudin Wahid (Gus Sholah, cucu Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari).
Nasihat terpenting dari Gus Sholah, “Dalam berdakwah hendaknya mempunyai misi persatuan ummat, bukan mencari celah perbedaan yang menjadikan perpecahan ummat.”
Seusai silaturahim dilanjut dengan ziarah dan tahlil di makam Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), lalu lanjut ke KH. Bisri Syansuri di Denanyar dan KH. Abdul Wahab Hasbullah di Tambakberas Jombang.
"Perbedaan itu sunatullah, takdir Allah yang pasti terjadi, makanya kita mesti iman pada takdir. Para ulama dahulu arif dan bijaksana dalam berdakwah seperti Wali Songo yang hadir dari Arab masuk Indonesia. Diawali dari Aceh, Medan, Palembang, ya termasuk Riau, lalu masuk Jawa."
Ilmu Sesepuh
Ada catatan menaik ketika Syaikh Abdul Shomad berkunjung ke Kiai Maemun Zuber alias Mbah Moen. Syaikh Abdul Shomad (dulu UAS), selama satu jam diberikan manhaj metode ilmu tuwo alias ilmu para sesepuh dalam mengarungi perjalanan dakwah yang mesti menghargai perbedaan.
"Perbedaan itu sunatullah, takdir Allah yang pasti terjadi, makanya kita mesti iman pada takdir. Para ulama dahulu arif dan bijaksana dalam berdakwah seperti Wali Songo yang hadir dari Arab masuk Indonesia. Diawali dari Aceh, Medan, Palembang, ya termasuk Riau, lalu masuk Jawa."
Mbah Maimeon seakan memberikan maping peta dan kesabaran menitih karir pendakwah yang rahmatan lil alamin. Termasuk iman takdir ialah bersyukur pada Belanda yang menjajah kita. Barangsiapa tidak bersyukur pada Belanda maka tidak bersyukur pada Allah. Allah menakdirkan Belanda menjajah kita, dari situ kita bangkit merdeka, dan diberi tinggalan adanya hukum, sehingga kita jadi aman layaknya negara yang berdaulat.''
Afrika dan Arab dulu ada zaman perbudakan, lalu bangkit merdeka, Allah lah yang mengangkat derajat mereka. Inilah takdir Allah. Inilah pelajaran yang kelas tinggi, dimana kita diajak mencintai musuh kita, bahkan disuruh bersyukur berterimakasih, menghargai perbedaan, dimana hati kita sesungguhnya berontak pada penjajah, atau orang yang tak sama dengan kita. Dari sinilah kita dilatih istiqomah berdakwah yang berorientasi pada manhaj rahmatan lil alamin.
Silaturrahim ini didampingi juga KH. Dr. M. Afifudin Dimyathi Peterongan Jombang. Dalam perjumpaan pagi ini, diterima di Rumah Dinas Wagub, dan didampingi beliau KH. Taj Yasin Maimun, Wakil Gubernur Jateng.
Semoga silaturrahim dan ziarah masyikhah serta dzuriyah pendiri NU ini memberikan berkah untuk seluruh. Allahumma amin.
Demikian dalam serangkaian pertemuan tersebut, disaksikan KH. Fadlolan Musyaffa Mu’thi. (adi)