Sosok Remy Sylado dan Puisi Mbeling di Era Orde Baru
Sastrawan Remy Sylado meninggal pada Senin, 12 Desember 2022. Semasa hidup, Remy Sylado dikenal sebagai pelopor Puisi Mbeling. Gerakan dan karya untuk mendobrak kemunafikan rezim Orde Baru serta mendorong kreatifitas dalam karya puisi.
Remy Sylado
Remy lahir dari keluarga gereja pada 12 Juli 1943 dengan Yusbal Anak Perang Imanuel Panda Abdiel Tambayong, di Malino, Makassar, Sulawesi Selatan.
Remy menamatkan pendidikan dasarnya di Makassar dan lulus SMA di Semarang, tahun 1959. Ia melanjutkan pendidikan di Akademi Teater Indonesia (ATNI) dan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Solo antara 1959 hingga 1962. Ia juga mengenyam pendidikan Akademi Bahasa Asing (Jakarta).
Setelah menikahi Maria Louise Tambayong, Remy sempat tinggal di Bogor dikutip dari laman Kemendikbud, Senin 12 Desember 2022.
Remy dikenal sebagai seniman serba bisa dengan berbagai profesi. Mulai dari penyair, novelis, cerpenis, dramawan, kritikus sastra, pemusik, penyanyi, penata rias, aktor, ilustrator, wartawan, dan dosen.
Sejumlah drama pernah ia mainkan selama menjadi pelajar. Setelah tamat, ia juga lama berkecimpung di bidang jurnalistik. Di antaranya menjadi wartawan harian Sinar Harapan (1963—1965), menjadi Redaktur Pelaksana harian Tempo di Semarang (1965—1966), majalah Top (1973—1976), majalah Fokus (1982—1984), dan Redaktur majalah Vista (1984). Dia juga menjadi dosen di Akademi Sinematografi Bandung sejak tahun 1971.
Remy juga dikenal sebagai redaktur pertama rubik "Puisi Mbeling" dalam majalah Aktuil di Bandung (1972—1975).
Puisi Mbeling
Sebagai sastrawan, Remy Sylado pernah mendapatkan penghargaan Khatulistiwa Award 2002 dengan novelnya Kerudung Merah Kirmizi. Pada tahun 2006 ia mendapat penghargaan dari Pusat Bahasa bersama-sama dengan Sitor Situmorang dan Sitok Srengenge. Sebagai novelis, Remy Sylado telah menulis lebih dari 50 novel, 20 di antaranya novel anak-anak, dan 30-an novel keluarga.
Salah satu novelnya yang populer adapah Ca Bau Kan, dengan latar kehidupan pedagang Tionghoa di Jawa, terutama di Betawi. Novel ini pun telah diangkat dalam film layar lebar dengan judul yang sama. Puisi Mbeling dikenal sebagai gerakan yang muncul dalam karya.
Tujuannya memrotes rezim orde baru yang disebut munafik. Dalam karya puisi, genre Puisi Mbeling mendobrak tatanan estetika karya puisi yang banyak mengenal kata indah dan baku. Pola yang disebut membelenggu kreativitas dan membuat kaum muda takut bebas berkreasi.
Puisi Mbeling membebaskan penggunaan kata dari berbagai ungkapan di keseharian, bahkan kata yang jorok, dan mengutamakan tujuan menggugah pembaca. Istilah ini dikenal sejak 1972 ketika Remy Sylado mementaskan dramanya Genessis II di Bandung. Kata Puisi Mbeling muncul pada undangan yang dibuat Remy Sylado.
Advertisement