Novel Baswedan Selalu Diteror
Selepas subuh, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang misterius hari Selasa (11/4) pagi.
Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah pada 22 Juni 1977 itu kini tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading, Jakarta.
Novel Baswedan sendiri adalah Kepala Satuan Tugas yang menangani beberapa perkara besar kasus korupsi yang sedang ditangani KPK. Salah satunya adalah kasus korupsi proyek e-KTP yang merugikan negara sebesar Rp 2,3 trilyun dan menyeret sejumlah nama-nama besar berpengaruh di negeri ini.
Novel Baswedan i mengawali kiprahnya di Kepolisian RI. Ia adalah lulusan Akademi Kepolisian pada 1998. Setahun kemudian ia ditugaskan ke Bengkulu hingga 2004. Di Bengkulu, kariernya menanjak hingga menjabat Kasat Reksrim Polres Bengkul dengan pangkat Komisaris.
Karena kegemilangannya, ia ditarik ke Bareskrim Mabes Polri. Kemudian pada Januari 2007, Novel mulai bertugas di KPK sebagai salah satu penyidik. Karier Novel Baswedan di KPK terbilang bersinar. Ia tercatat menangani sejumlah kasus korupsi yang menjerat politisi Partai Demokrat sebagai partai penguasa kala itu, seperti Muhammad Nazaruddin, Anas Urbaningrum, hingga Angelina Sondakh. (frd)
Wadah Pegawai (WP) KPK pun membeberkan, teror tersebut bukan yang pertama terhadap Novel Baswedan.
“Peristiwa ini bukanlah peristiwa pertama kali kepada Novel Baswedan, melainkan peristiwa berulang yg pernah dilakukan terhadap beliau, mulai dari intimidasi, tabrak lari sampai dengan peristiwa hari ini, penyiraman air keras.
Sebelum kasus teror air keras, ada sejumlah kejadian yang diduga bagian dari upaya mencelakai terhadap Novel Baswedan;
Cicak Vs Buaya
Salah satu kasus fenomenal yang pernah ditangani Novel Baswedan adalah ketika ia membongkar korupsi simulator SIM di institusi Polri yang merupakan korps asal Novel Baswedan sebelum berada di KPK. Dari kejadian tersebut, Kepolisian kemudian menjerat Novel Baswedan dalam kasus penembakan tersangka pencurian sarang walet kala masih bertugas di Polres Bengkulu. Mei 2015 lalu. Berbagai kalangan menilai terdapat kejanggalan dalam kasus ini. Peristiwa itu mulai meretakkan kembali hubungan KPK dan Polri atau yang sering dikenal dengan istilah cicak vs buaya jilid II.
Mobilnya Terperosok ke Jurang
Saat bertugas ke Nusa Tenggara Barat, Lima petugas KPK termasuk Novel Baswedan mengalami insiden kecelakaan, tepatnya pada 15 Okotber 2015 lalu. Mobil minibus yang ditumpanginya terperosok ke dalam jurang di lokasi perbatasan antara Kabupaten Dompu dan Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Bagian alis kanan Novel mengalami luka parah akibat kecelakaan itu dan harus dijahit hingga 16 jahitan.
Ancaman Penembakan
Novel Baswedan pun juga pernah diancam akan ditembak. Peristiwa teror itu juga dialaminya pada 2015 ketika masih menelusuri sejumlah kasus korupsi kelas besar yang banyak merugikan negara. Salah satunya adalah kelanjutan kasus e-KTP.
Sepupu dari calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu pun enggan mengungkapkan oknum yang disebutnya pernah mengancam akan menembaknya tersebut.
Tabrak Lari
Pihak WP KPK juga baru-baru ini membeberkan ke publik kasus tabrak lari yang pernah dialami Novel Baswedan dan juga dicurigai sebagai bagian teror terhadapnya.
SP 2
Tak hanya terror, ia pun pernah menerima peringatan dari ketua KPK karena menolak secara tegas rencana KPK mengangkat langsung Kepala Satuan Tugas dari anggota Polri yang belum pernah bertugas di KPK. Karena sikapnya itu, Novel Baswedan mendapat surat peringatan (SP) 2 dari Ketua KPK Agus Rahardjo pada 21 Maret 2017 lalu. Namun akhirnya, SP 2 dicabut oleh pimpinan KPK.
Advertisement