Sosok BJ Habibie Dimata Alumni DLKT PAL dan STM Perkapalan
Kepergian BJ Habibie beberapa waktu lalu membuat alumni DLKT PAL dan STM Perkapalan merasa sangat kehilangan. Ketua panitia acara tahlil dan doa bersama 40 hari kepergian Almarhum Habibie, Sutrisno, mengatakan beberapa hari sebelum kepergian almarhum, ia sempat menjenguk meski tidak bisa berkomunikasi secara langsung.
“Saya bertemu waktu itu saat masuk RSPAD dan saya besuk tapi tidak bisa langsung melihat. Itu sekitar H-2 sebelum beliau meninggalkan kita semua. Dan pada malam tersebut saya lihat ada penanganan khusus dari dokter,” ucap Sutrisno.
Sutrisno yang juga direksi dari PT PAL mengaku shock saat mendengar Habibie meninggal. Sebab sebelumnya ia mendapat keterangan dari dokter bahwa Presiden RI ke-3 tersebut akan melakukan cuci darah.
“Padahal sudah direncanakan untuk cuci darah 2x24 jam, ternyata esoknya beliau dipanggil oleh Allah SWT,” katanya.
Sutrisno mengatakan, ada beberapa hal yang membuat ia masih sangat sedih, salah satunya mengenai rencana kunjungan Habibie ke PT PAL untuk memberi support ke redaksi. Namun pertemuan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari urung terealisasi.
Dirinya membeberkan sesuatu yang menarik yang bisa dipelajari dari Almarhum adalah konsep yang dibangun dari akhir menuju ke awal.
“Itu menurut saya sebuah pemikiran yang luar biasa, dan sampai sekarang masih relevan, jadi kita bicara mengenai proyek EBCA Enginering, bahwa beliau berangkat dari belakang diawali dengan belajar menginstal, kemudian kontruksi, baru kalau itu bisa kita boleh mendesain, kalau tidak ada konsep itu, PT PAL tidak akan bisa bikin kapal selam, tidak bisa buat kapal perang lalu berinovasi dan sekarang kita bahkan sudah bisa membangun pembangkit listrik,” ucapnya.
Alumni DLKT angkatan 90 tersebut menjelaskan terakhir kali berkomunikasi langsung saat jajaran direksi PT PAL sowan ke rumah almarhum di Bandung. Selain itu, seringkali jajaran PT PAL bertemu dengan almarhum di acara Habibie Festival.
“Terakhir bertemu almarhum, saat diskusi di Bandung, beliau menyampaikan bahwa dia membangun PT PAL karena Indonesia hanya bisa terkoneksi dengan dua cara, yakni via laut dan udara. Beliau melihat perkembangan PT PAL sudah bagus, tak lupa mengingatkan kami PT PAL untuk terus merealisasikan cita-cita beliau sebagai bagian dari kemajuan industri maritim dan konektivtas kesejahteraan masyarakat indonesia,” ujarnya.
Satu hal yang masih membekas di hati Sutrisno yakni saat ia masih menjadi siswa, Habibie berkomunikasi dengan dirinya serta kawan-kawannya.
“Beliau itu luar biasa, pada saat itu berkunjung ke DLKT sebagai Menristek. Beliau dekat sekali dengan siswa termasuk saya dan kawan-kawan yang pakai pakaian kotor, lalu memberi semangat dan mewajibkan kita untuk belajar supaya meraih cita-cita setinggi mungkin. Hal Itu yang menjadi inspirasi saya,” kenangnya.
Sementara Sugeng Priyadi, alumni STM Perkapalan mengatakan, berkat Habibie banyak anak-anak saat ini bisa merasakan ilmu pengetahuan.
“Habibie menjadi idola pada saat itu, dan anak-anak menjadi suka ilmu mengenai penerbangan dan perkapalan. Selain itu beliau sangat memudahkan kita anak-anak desa, seperti contohnya sekolah dibiayai, kita diberi uang saku lalu makan juga,” katanya.
Menurut Sugeng, pemikiran Habibie tentang bagaimana membuat SDM unggul kini tinggal dilanjutkan karena almarhum telah membangun fondasinya.
"Saya rasa pemerintah saat ini tinggal meneruskan apa yang telah ditinggalkan oleh almarhum," pungkasnya.