Sosialisasi Srikandi Siap Siaga Bencana
Setiap kali bencana terjadi, perempuan selalu menjadi sosok paling rentan sebagai korban. Contoh sederhana adalah bencana tsunami Aceh pada 2004, dimana sekitar 60 persen korban adalah wanita.
Berkaca dari kejadian tersebut, pemerintah Kabupaten Pasuruan melalui BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) menggelar Sosialisasi Srikandi Siaga Bencana, di Pendopo Nyawiji Ngesti Wenganing Gusti, Rabu 10 April 2019.
Sosialisasi dengan tema "Perempuan Menjadi Guru Siaga Bencana dan Rumah Menjadi Sekolahnya” tersebut dihadiri Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pasuruan, Lulis Irsyad Yusuf, dan pesertanya adalah gabungan dari beberapa organisasi perempuan, mulai dari PKK, Muslimat, Fatayat, Aisyiyah dan lainnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana mengatakan, Sosialisasi Srikandi Siaga Bencana sengaja digelar karena sifat ibu untuk melindungi yang tinggi.
“Umumnya para ibu menjadi korban ketika berada dekat anaknya. Dengan sifat wanita demikian, maka kami merasa perlunya melakukan sosialisasi plus praktik bagaimana menghadapi bencana,” katanya.
Melalui para ibu, Bakti berharap agar rumah bisa dijadikan sebagai sekolah kesiap-siagaan sejak dini. "Peranan wanita itu sangat penting dalam mengenalkan penanganan resiko bencana terhadap keluarga. Karena yang dibutuhkan sederhana, bagaimana mengenali, melakukan investasi, dan latihan evakuasi. Saat darurat, waktu sangat lah berharga," tutur Bakti.
Gempa adalah bencana yang datangnya tiba-tiba sehingga memerlukan langkah yang cepat untuk menyelamatkan anggota keluarganya.
“Kalau di Kabupaten Pasuruan, bencana yang sering terjadi kebanyakan banjir, tanah longsor dan angin putting beliung. Semuanya sudah memahami karena sering terlihat. Tapi kalau gempa kan tiba-tiba, sehingga lebih banyak kita tunjukkan penanganan ketika gempa terjadi,” jelas Bakti.
Sementara itu, Lulis Irsyad Yusuf mengapresiasi langkah BPBD yang mengajak para perempuan untuk sadar dan siap siaga dalam menghadapi bencana. Terlebih wanita atau seorang ibu selalu terpikir untuk melindungi dan menyelamatkan anaknya. Meskipun, saat itu ia bisa selamat dari peristiwa bencana. Akan tetapi, seorang ibu umumnya kembali lagi ke rumah untuk mencari anaknya. Namun, pada akhirnya sang ibu dan anak menjadi korban.
“Insting seorang ibu itu selalu tepat dan lebih protektif, karena hati atau menyentuh perasaan selalu di depan. Saya senang sekali bisa mengikuti sosialisasi ini, sekaligus bisa tahu caranya ketika gempa terjadi. Semoga ini bisa ditularkan kepada keluarganya, karena ini sangat bermanfaat,” ujar istri Bupati Irsyad Yusuf itu. (emil)
Advertisement