Menguji Call Center Cacak Jatim, Apakah Sekedar Seremonial?
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa pada 4 Maret yang lalu me-launching Call Center Cangkrukan Kesehatan. Call center ini disingkat Cacak Jawa Timur. Cacak Jawa Timur ini dibentuk oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur, untuk memberikan informasi kepada warga seputar virus corona.
Kini, kurang lebih sudah 16 hari sejak diresmikan, bagaimana Cacak Jawa Timur beroperasi? Apakah benar-benar memberikan informasi yang dibutuhkan warga? Ataukah hanya sebatas seremonial saja dalam menghadapi virus corona di Jawa Timur.
Reporter Ngopibareng.id pun mencoba menghubungi salah satu jalur layanan Cacak Jawa Timur lewat WhatsApp di nomor 081334367800. Usai mengirim pesan kepada call center ini, ternyata operator merespon cepat. Dengan catatan, traffic percakapan sedang rendah. Jika traffic percakapan sedang rendah, operator kurang dari satu menit sudah memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Namun, jika sedang banyak yang melakukan komunikasi, maka harus bersabar. Respon baru diberikan setelah lima menit. Bisa juga lebih dari 15 menit. Tetapi yang pasti, operator akan tetap memberikan jawaban.
Ngopibareng pada 19 Maret lalu mencoba kembali melakukan komunikasi dengan operator dengan menanyakan jumlah pasien positif corona di Jawa Timur. "Sejauh ini kasus confirmed positif ada 8 kasus, ada di Malang dan Surabaya,” jawab operator dalam waktu sekitar enam menit kala itu.
Hari ini, Ngopibareng.id pun kembali mencoba 'konsistensi' call center ini dalam memberikan informasi seputar virus corona di Jawa Timur. Reporter Ngopibareng.id mencoba mencari tahu bagaimana cara mendeteksi diri terhadap virus corona. Apakah dalam kondisi sehat atau ada potensi tertular virus corona.
“Tetap bisa tertular, namun yang membedakan apakah virus ini akan menimbulkan gejala ataukah tidak,” jawabnya.
Lalu apakah sudah tertular bisa tidak menimbulkan gejala?
“Bisa bapak, orang dengan daya tahan tubuh yang baik bisa tidak menimbulkan gejala, namun untuk virus tetap bisa terdeteksi,” jawabnya lebih jelas.
Operator juga akan memberikan berbagai masukan ketika dalam keadaan panik. Apalagi kini ancamannya menjadi lebih besar setelah bertambahnya jumlah pasien positif, Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP) di Jawa Timur.
Saran yang diberikan operator pun berkaitan dengan protokol melakukan social distancing, mengisolasi diri di rumah sesuai imbauan pemerintah. Kemudian penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan cara makan makanan bernutrisi, mencuci tangan hingga etika ketika batuk harus ditutup siku atau sapu tangan.
Silakan dicoba dan dimanfaatkan.
Advertisement