'Sontoloyo' Sepakbola Indonesia
Oleh: Amar Hamzah
Publik sepakbola Indonesia boleh sedikit tercengang atas terkuaknya borok sepakbola Indonesia gara-gara acara Mata Najwa dengan judul PSSI Bisa Apa? Acara yang disiarkan langsung oleh Trans 7, Rabu malam kemarin itu tampak presenter Najwa Sihab begitu tegap mengejar pertanyaan dari berbagai sumber untuk mendapatkan jawaban terang atas gelapnya sepakbola Indonesia terkait kasus jual beli pertandingan atau pengaturan skor.
Dua nara sumber yakni Manajer Madura FC Januar Herwanto dan mantan bandar pengatur skor Bambang Haryo secara gamblang membuka tabir gelap aktor-aktor yang terlibat dalam pengaturan skor di sepakbola negeri ini. Bahkan, tidak lagi inisial atau nama samaran, keduanya langsung berani menyebutkan nama yang terlibat didalamnya.
Manajer Madura FC Januar Herwanto menyebut nama salah satu oknum Exco yakni, Hidayat pernah menawarkan kepadanya agar Madura FC mengalah ketika menghadapi PSS Sleman. Bahkan, ada tawaran nominal angka untuk bisa memuluskan yang kisaranya Rp 100 sampai 200 juta. Apa yang disampaikan Januar seperti umpan lezat yang langsung disikat oleh Najwa Sihab. Cerdiknya, Najwa langsung melacak kontak Hidayat untuk mendapatkan klarifikasi langsung.
Setelah mendapatkan dan bisa melakukan komunikasi langsung via by phone, perempuan yang akrab disapa Nana tersebut langsung memborbardir pertanyaan untuk mencari kebenaran dengan apa yang disampaikan oleh Januar. Hasilnya, klarifkasi yang disampaikan oleh Hidayat standart mencoba menutupi dirinya tidak terlibat dalam praktek jual beli pertandingan. Biasa 'ngeles' kanan-kiri dengan cepat layaknya Bajai di ibu kota Jakarta.
Yang menarik giliran mantan bandar pengatur skor Bambang Haryo, sebagai mantan yang pernah masuk di dalam 'kolam kotor' sepakbola Indonesia ia langsung menjabarkan bagaimana skema pengaturan skor yang memiliki hubungan dengan bandar judi. Termasuk dia menyebutkan sesorang yang bisa dikatakan mafia sepakbola dengan sebutan yang dia buat yakni, Si Sontoloyo.
Awalnya Bambang tidak mau menyebutkan nama siapa Sontoloyo yang dimaksud. Namun, tiba-tiba Bambang yang mengaku sudah tobat dan untuk kebaikan sepakbola Indonesia,akhirnya buka suara bahwa Si Sontoloyo tersebut adalah Vigit Waluyo. Ketika nama itu keluar banyak orang yang bertanya siapa dia, bahkan anggota Exco sekelas Gusti Randa saja menuturkan tidak mengenal nama tersebut.
Siapa sebenarnya Vigit Waluyo ? Vigit Waluyo adalah sosok yang sering memainkan perannya di balik layar sepakbola Indonesia. Dia bisa dikatakan jarang muncul di pentas permukaan yang menjadi porsi sepakbola nasional, Vigit lebih banyak "bermain" di level klub-klub kelas dua yang ada di daerah.
Vigit adalah anak dari salah satu tokoh sepak bola Indonesia era 80-an, MH Mislan. Ayah Vigit ini merupakan pendiri klub Gelora Dewata (era Galatama). Selain itu, Mislan juga pernah menjabat sebagai manajer Persebaya Surabaya dan Ketum Yayasan Arema pada 1985/1986 silam.
Vigit Waluyo juga pernah menjadi General Manajer di beberapa klub gurem seperti Persiwangi Banyuwangi, PSIR Rembang, dan mantan pemilik Deltras Sidoarjo. Kini Vigit Waluyo merupakan pemilik klub PS Mojokerto Putra yang tahun ini berada di Liga 2 dan hanya bisa bermain hingga babak delapan besar.
Pria berkacamata itu juga sebagai orang yang turut andil dalam mengubah klub Perseba Super Bangkalan menjadi PBFC (Borneo FC). Saat itu, pada 2014 lalu Perseba Super Bangkalan disebutkan dijual secara sepihak oleh beberapa orang internal klub dan resmi pindah kepemilikian atas nama Vigit Waluyo. Usai menjadi pemilik tunggal, Vigit Waluyo menjual Perseba Super Bangkalan ke Samarinda dan mengubah nama menjadi Pusamania Borneo FC.
Pada tahun 2010, Vigit pernah tersandung kasus korupsi dana PDAM. Berdasarkan putusan MA, Vigit sudah divonis pidana penjara 1 tahun 6 bulan serta membayar denda Rp50 juta. Seharusnya putusan ini sudah dijalankan sejak 06 Oktober 2016 silam, namun salinan keputusan entah mengapa tidak sampai kepada pihak terkait. Di dalam putusan Mahkamah Agung nomor 127/Pid.Sus/2011/PN.Sby, Vigit pada 12 Agustus 2010 yang menjabat sebagai pengelola PS Deltras mengajukan permohonan pinjaman dana sementara untuk Deltras kepada PDAM sebesar Rp3 miliar. Itulah mungkin sekilas sosok Sontoloyo Vigit Waluyo, peran Vigit dalam sepakbola Indonesia sebenarnya cukup lama, jadi mustahil kalau PSSI sebagai wadah organisasi sepakbola negeri ini tidak mengenalnya.
Kasus yang menimpa Madura FC dan munculnya nama Vigit Waluyo sebagai 'Sontoloyo' sepakbola Indonesia sebenarnya sudah tercium lama di sepakbola kita. Vigit mungkin hanya bagian kecil dari lingkaran yang besar, namun membuktikan 'bau busuk' ini yang agak susah, seperti mencari jarum jatuh di dalam tumpukan jerami. Jika ingin berbenah dan berubah, siapapun Ketua Umum PSSI berikutnya, harus berani menghilangkan dan memutus mata rantai orang-orang yang masih berada di 'lingkaran setan' sepakbola Indonesia biar tidak lahir lagi Sontoloyo-Sontoloyo baru.
* Penulis adalah wartawan sekaligus penggemar sepakbola Indonesia.