Solikui Semak Belukar
: yang merambat tak mau diam
yang menyulur menerabas arah
barangkali cinta atau semata angkara
hasrat purba yang kian magma
Simpan dulu senyummu. Barangkali kau salah menebakku. Aku yang puas dengan jalan sunyi, dan bersikap sebagai pembuat luka yang ulung, atau kau salah membaca sisi liarku yang santun.
Banyak rasa tak terarah merayap di sorot mataku, mirip ular beludak yang rajin kau hancurkan dengan tumitmu, dan kedipan tersembunyi yang sulit kau bebat.
Ah, sudahkah kau dengar Tuan? Ada wanita dirajam di alun-alun kota hanya karena ia menulis namamu yang rahasia dengan uap nafasnya di kaca-kaca jendela buram. Sementara dinding-dinding bisu merajah setiap serak nafsumu yang membuatmu memuntahi dirimu sendiri.
Aku bahagia Tuan, menjadi sisi gelapmu, dan memanfaatkan setiap tarikan dan helaan hasratmu menjadi sesuatu yang tak sia-sia : telah kucuri keterjagaanmu
Sidoarjo, 2019
Dimuat di antologi Kembang Belukar (Tonggak Pustaka, Jogja 2021). Merupakan antologi tunggal keenam, berisi 100 puisi Yuliani Kumudaswari.
Advertisement