Solar Subsidi Langka di Probolinggo, Truk Dijatah Rp200 Ribu
Bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubdidi langka di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Probolinggo. Kalau pun ada, solar subsidi itu dijual dengan dijatah Rp200.000 (setara 38 liter solar) per truk.
Karena solar subsidi langka, SPBU yang masih menjual BBM tersebut dijejali kendaraan. Antrean panjang misalnya terlihat di SPBU Semampir, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Rabu, 30 Maret 2022.
Roni, sopir truk Fuso yang sedang antre solar subsidi di SPBU Semampir mengatakatan, truknya hendak kembali ke Surabaya. “Di semua SPBU di Probolinggo, saya baru menemukan solar subsidi di SPBU Semampir, terpaksa antre,” ujarnya.
Masih kata Roni, di Banyuwangi dan Situbondo tidak terlihat adanya antrean panjang kendaraan antre solar. “Begitu memasuki Probolinggo, mau beli solar di sejumlah SPBU ternyata kosong,” ujarnya.
Selain langka, Roni mengaku saat membeli solar dijatah (dibatasi) Rp200 ribu (setara 38 liter solar). “Hanya Rp200 ribu gak boleh lebih, mudah-mudahan masih cukup sampai di Surabaya,” katanya.
Saat ia perjalanan dari Surabaya ke Banyuangi, jelasnya, ia sempat mengisi bahan bakar di Surabaya. Namun dalam perjalanan balik, ia was-was bahan bakar kendaraannya tidak cukup sampai kembali ke Surabaya.
Sementara Maida, Pengawas SPBU Semampir mengatakan, pembatasan pembelian kepada pembeli agar ada pemerataan. “Sebab SPBU juga dijatah, dengan pembatasan pembelian mudah-mudahan bisa merata. Kalau tidak dibatasi kemudian ada ngisi full tank, kasih yang antre di belakang, tidak kebagian solar,” katanya.
Hal senada diungkapkan Direktur SPBU Semampir, Muhammad Sajad. Dikatakan sejatinya kelangkaan solar terjadi di seluruh daerah di Indonesia. “Sebagai distributor kami hanya bisa menjual dengan pembatasan juga agar merata,” ujarnya.
Sajad mengatakan, SPBU-nya menerima 24.000 liter solar dan 16.000 liter pertalite dalam sekali kirim dri PT Pertamina.
Hal itu sesuai dengan kapasitas tangki penampung di SPBU itu yang mencapai 30.000 liter solar. “Sebelum stok BBM habis, kami sudah mengajukan pembelian ke Pertamina,” katanya.
Antrean pembelian solar subsidi juga terlihat di SPBU di Desa Malasan Kulon, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. “Saya antre lumayan lama, baru mendapatkan solar hanya dijatah Rp200 ribu,” kata Misnalam Hadi, sopir truk asal Nguling, Kabupaten Pasuruan.
Soal jatah kepada pembeli, dibenarkan Edi Saiful, Pengawas Lapangan SPBU Malasan Kulon. “Sebab semua SPBU juga dijatah oleh Pertamina, sehingga kami pun melakukan penjatahan terhadap sopir yang mau belii solar,” ujarnya.
Dikatakan SPBU Malasan Kulon dijatah 16.000 liter solar dalam satu pengiriman. “Jika menjual melebihi jumlah tersebut, dikawatirkan, tidak sampai satu tahun, kami tidak dapat menjual solar bersubsidi," ujarnya.
Untuk mencegah pemilik kendaraan berkali-kali mengisi solar subsidi di SPBU Malasan, kata Edi, petugas SPBU mencatat nomor polisi kendaraan yang membeli solar. Termasuk nomor HP sopir truk akan dimasukkan perangkat Electronic Data Capture (EDC).
Advertisement