Solar Langka, Masyarakat dan Organda Kelabakan
Bahan bakar solar mulai langka di Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya. Dalam 4 hari terakhir, banyak SPBU di Surabaya yang terpaksa menuliskan papan "Solar Habis". Seperti di SPBU Manyar, lalu SPBU daerah Nginden, hingga SPBU di Timur Surabaya.
Menurut Unit Manager Communication Relation dan CSR Marketing Operation Region (MOR) V Pertamina Rustam Aji, kelangkaan bahan bakar untuk mesin diesel itu terjadi karena tingginya permintaan dan konsumsi solar di Surabaya.
Bahkan ia menyatakan, konsumsi solar di Surabaya sudah melebihi kuota yang diberikan pemerintah untuk tiap wilayah. Untuk Surabaya sendiri, menurutnya sudah mencapai di atas kuota 10 persen yang ditetapkan pemerintah.
"Jatah per wilayah itu sudah habis, kalau mau tegas ya habis. Tapi kami ini berusaha untuk tetap memahami keadaan. Karena solar itu kan kebutuhan masyarakat. Kami akan berusaha untuk tetap salurkan solar sebaik mungkin, kami akan coba kendalikan penyalurannya," kata Rustam Aji, Kamis 14 November 2019.
Bukan hanya Surabaya, fenomena serupa juga terjadi di Madura. Bahkan Pulau Garam menjadi wilayah yang terdampak paling parah oleh kelangkaan solar ini, hingga mengakibatkan angkutan dengan mesin diesel tak beroperasi. Termasuk juga kapal nelayan.
Khusus untuk Pulau Madura, Pertamina berencana menambah kuota hingga 20 persen di atas kuota, dan mulai berlaku hari ini, Kamis 14 November 2019 hingga tiga hari ke depan, yakni Minggu 17 November 2019.
Menurut laporan dari beberapa masyarakat, kelangkaan solar sudah terjadi sejak awal minggu ini. Salah satu warga Surabaya Timur bernama Irfan mengatakan, ia sudah mencari hingga 4 SPBU dan semuanya ludes.
"Saya kan dari daerah timur, di sekitar ITS itu ada empat SPBU, semuanya habis. akhirnya saya cari ke arah Rungkut dan Sidoarjo. Alhamdulillah dapat," kata Irfan.
Selain Irfan, salah satu pengusaha tenda dan kursi bernama Rusdi mengatakan hal yang sama. Ia mengaku harus kelabakan mencari SPBU yang masih tersedia solar, karena SPBU di dekat rumah usahanya habis.
"Saya mutar-mutar, ada mungkin empat sampai lima SPBU. Semua bilangnya habis pak, habis, baru saja habis. Lalu menemukan yang lagi isi solar, saya tunggu 2 jam, akhirnya dapat," kata Rusdi.
Sementara itu, kelangkaan solar juga sangat merugikan bagi pengusaha dan supir Organda Surabaya. Menurut Ketua Organda Surabaya, Son Haji, kelangkaan ini membuat Organda Surabaya terancam berhenti beroperasi. Menurutnya 4.500 kendaraan angkutan umum dan barang yang merasakan dampak terbesar kelangkaan solar kali ini.
"Kami ini kendaraannya kan rata-rata pakai solar, ya meskipun ada yang premium. Kalau langka begini, kami bisa rugi. Kalau begitu, kami mogok saja lah," katanya.
Ia mengaku, bahwa Organda Surabaya sudah melaporkan kelangkaan solar itu kepada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan dijanjikan akan diurus. Namun hingga saat ini, belum ada tindak lanjut dari laporan mereka.
"Ini kami sudah lapor Gubernur, katanya mau disampaikan ke pusat, pemerintah pusat. Ini kok sudah tiga hari tidak ada kabarnya dari Gubernur, gimana ini," keluhnya.
Ia memastikan, apabila tidak ada kejelasan terkait kelangkaan solar dalam tiga hari kedepan, atau akhir minggu ini, Organda terpaksa akan berhenti total, dan mogok beroperasi.
"Ya kalau tidak ada jawaban, kami mau mogok saja," pungkasnya.