Solar Bersubsidi Langka di Sepanjang Jalur Nasional Mojokerto
Solar bersubsidi atau bio solar mengalami kelangkaan di sepanjang jalur nasional di Mojokerto. Kondisi ini dikeluhkan para sopir truk lantaran mereka kesulitan menemukan solar.
Pantauan di lokasi mulai pukul 19.00-20.00 WIB, stok solar bersubsidi kosong di 6 SPBU di sepanjang jalan nasional wilayah Kabupaten dan Kota Mojokerto.
Yaitu di SPBU Meri, Kranggan, Kota Mojokerto, SPBU Lengkong, Mojoanyar, SPBU Jampirogo, Sooko, SPBU Gemekan, Sooko, serta 2 SPBU di Desa Jatipasar, Trowulan, Mojokerto.
Solar bersubsidi hanya tersedia di SPBU Jalan By Pass Mojokerto, Desa Balongmojo, Puri. Sehingga pom bensin ini langsung diserbu para sopir truk. Antrean panjang terjadi mulai pompa solar sampai jalan raya.
Solikin 52 tahun, sopir truk asal Rembang, Jawa tengah (Jateng) mengaku kesulitan mencari bio solar di sepanjang jalan nasional Mojokerto. Padahal, ia akan mengirim kertas dari Gresik ke Boyolali, Jateng.
Hal itu membuat Solikin khawatir untuk melakukan pengiriman, sehingga dia harus rela mengantre hingga 30 menit. "Sudah seminggu solar sulit ditemukan. Ini saya sudah mengantre 30 menit belum dapat," kata Solikin kepada wartawan di SPBU Balongmojo, Rabu 30 Maret 2022.
Pembatasan pembelian solar bersubsidi juga memberikan pria asal Rembang itu pusing. Dia hanya boleh membeli Rp 300 ribu saja. Padahal, ia harus membeli Rp 900 ribu atau 175 liter solar untuk perjalanan pulang pergi dari Gresik ke Boyolali. Harga bio solar saat ini Rp 5.150 per liter.
"Dampaknya ya kerja tidak bisa lancar, saya setiap hari harus kirim barang ke Boyolali," cetusnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Arik 33 tahun, sopir truk asal Kota Mojokerto. Ia mengaku kesulitan menemukan solar bersubsidi di jalan nasional Mojosari. "Harapannya ke pemerintah supaya pasokan solar lancar kembali. Sehingga kami tidak kebingungan membeli solar," tegasnya.
Sementara pengawas SPBU Meri, Lilik Agustina mengatakan, stok solar bersubsidi di tempatnya habis sejak pagi tadi sekitar pukul 05.00 WIB. Padahal, kiriman dari Pertamina terakhir kali datang 16 kiloliter pada Selasa 29 Maret 2022, sekitar pukul 22.00 WIB.
"Bahkan, sebelum kiriman datang, truk-truk sudah mengantre untuk menunggu, para sopir rela menunggu. Hari ini ada pengiriman tapi belum tahu jam berapa datangnya," ungkapnya.
Menurut Lilik, pembatasan pembelian dilakukan agar semakin banyak sopir truk yang bisa membeli solar tersebut. Karena kuota bulanan tersebut tidak bisa ditambah lagi.
"Kami batasi pembelian truk kecil Rp 100 ribu, truk dan bus besar maksimal Rp 300 ribu. Kami tidak bisa menambah permintaan karena khawatir sebelum akhir tahun nanti kuota kami habis," terangnya.