Soekarwo: Layanan Kesehatan Jawa Timur Akan Ditingkatkan
Surabaya: Gubernur Jawa Timur Soekarwo optimis kolaborasi antara RSUD Dr. Soetomo dengan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) akan meningkatan layanan kesehatan bagi masyarakat. Hal itu dibantu dengan diberikannya Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) kepada 216 dokter dirumah sakit tersebut dari Menristekdikti, Muhammad Nasir.
“Menristek Dikti telah mengambil keputusan penting untuk riset yang dikembangkan RSUD Dr. Soetomo dan FK Unair, yakni dengan pemberian NIDK serta penyerahan sertifikat dosen dan SK Guru Besar. Kami optimis kerjasama keduanya akan lebih solid dalam menghasilkan lulusan dengan kompetensi mumpuni, juga layanan kesehatan di rumah sakit akan semakin meningkat,” terang Pakde Karwo, di lantai 7 Gedung Pusat Diagnostik Terpadu RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Senin (27/3).
Pakde Karwo mengatakan, pihaknya menyambut baik pemberian NIDK ini karena menyatukan dua lembaga kepegawaian, yakni Kemenristekdikti dan Kementerian Kesehatan, khususnya dalam bidang kedokteran. Menurutnya RSUD Dr Soetomo tidak hanya menyediakan layanan kesehatan secara terpadu. Untuk itu, RSUD Dr Soetomo harus memiliki tenaga dosen yang memiliki kompetensi, kesetaraan, pengakuan, dan nomor induk dosen.
“Karena itu, pemberian NIDK ini sejalan dengan fungsi tersebut. Kami menyambut baik langkah Bapak Menristekdikti yang memberikan nomor induk dosen khusus kepada 216 Dokter di RSUD Soetomo, termasuk 39 dokter didalamnya yang dinyatakan telah lulus sertifikasi dosen. Sehingga ada kontribusi positif dan saling melengkapi demi peningkatan kesejahteraan masyarakat” tambahnya.
Saat ini, Jawa Timur memiliki sebanyak 3.223 Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) dari total sebanyak 5700 Pondok Bersalin Desa (Polindes). Setiap desa di sediakan 1 Bidan dan 2 perawat, salah satu perawat diberi tugas khusus untuk melakukan langkah-langkah promotif dan preventif agar kesadaran masyarakat tentang kesehatan menjadi lebih baik.
Menristekdikti Muhammad Nasir menyatakan hal yang sama, kolaborasi yang dilakukan RSUD Dr Soetomo dan Unair merupakan langkah stategis yang bisa dicontoh oleh provinsi lain. Keduanya diharapkan dapat melakukan riset bersama agar terus lahir inovasi-inovasi di bidang kesehatan yang bermanfaat dan terjangkau bagi masyarakat luas.
“Saya dengar masing-masing peneliti mendapat bantuan Rp 50 juta. Ini adalah langkah maju. Demikian pula FK Unair yang mengeluarkan biaya riset untuk para dosennya. Harapan saya, dukungan terhadap riset dapat menghasilkan publikasi serta protoype dan inovasi di bidang kesehatan yang bermanfaat pada masyarakat, seperti riset stem cell” katanya. (*)