Soekarno dan 7 Fakta Kedekatannya dengan NU
Sejarah hari ini, Presiden pertama RI Soekarno lahir di Surabaya tepat pada 6 Juni 1901. Bayi pria yang kelak ketika dewasa menjadi proklamator kemerdekaan ini, lahir dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.
Dalam bukunya "Soekarno Penyambung Lidah Rakyat" Cindy Adams menulis bahwa Soekarno lahir di Surabaya saat fajar terbit. Karenanya Soekarno juga dikenal sebagai putra sang fajar.
Ada dua versi tentang lahirnya Soekarno,versi Orde Baru menyebutkan Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur; namun jika melihat dari buku induk mahasiswa Technische Hogeschool (kini ITB) tempat Soekarno kuliah disebutkan bahwa Soekarno lahir di Surabaya.
Soekarno tumbuh kecil dan besar di Surabaya sehingga dirinya sangat dekat dengan para Ulama dan Kiai Nahdlatul Ulama (NU). Meski lebih sekuler dibandingkan Hatta yang Islami, para Ulama Sepuh di Jawa Timur lebih memilih Soekarno untuk didukung jadi Presiden ketimbang Hatta.
Kisah ini terungkap saat Muktamar NU ke 25 yang digelar di Surabaya tahun 1940. Kalau itu sebanyak 11 kiai sepuh Jawa Timur berkumpul untuk menentukan siapa calon presiden yang mereka dukung jika Indonesia benar-benar merdeka.
NU menggelar semacam konvensi pemilihan presiden. Dan hasilnya dari 11 kiai sepuh, Soekarno dipilih 11 orang dan Hatta hanya dipilih 1 kiai.
Para kiai mengaku telah jatuh hati pada Soekarno sejak Soekarno masih sekolah. Tulisan-tulisan Soekarno menjadi bacaan dan tema diskusi para santri di Pesantren Tebu Ireng sejak tahun 1930an. Bahkan lagu kebangsaan Indonesia Raya setiap hari kamis dinyanyikan setelah mata pelajaran berakhir.
Saat perpolitikan tanah air memanas, Soekarno tetap berada di dekat NU. "Saya sangat cinta sekali kepada NU. Saya sangat gelisah jika ada orang yang mengatakan bahwa dia tidak cinta kepada NU. Meski harus merayap, saya akan tetap datang ke mukamar ini, agar orang tidak meragukan kecintaan saya kepada NU!," kata Soekarno ketika menghadiri Muktamar NU ke-23 di Surakarta, 28 Desember 1962.
Berikut beberapa fakta kedekatan Soekarno dengan Nahdlatul Ulama yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Ulama Sepuh NU mengusulkan Soekarno jadi Presiden
Hasil konvensi yang ada di Muktamar NU ke 25 Surabaya menyepakati Presiden Indonesia kelak jika merdeka adalah Soekarno, bukan Hatta.
2. Lagu Indonesia Raya Masuk Pesantren
Kedekatan Soekarno dan ulama menjadikan Lagu Indonesia raya dinyanyikan di beberapa pesantren sebelum kemerdekaan Indonesia benar-benar tiba.
3. NU memastikan tidak ada pertentangan antara Islam dan Pancasila
Ketika negeri ini masih mempertentangkan Islam dan Pancasila, ternyata KH Sahal Mahfudz telah tegas mengatakan bahwa Islam bisa berkembang dalam wadah NKRI yang berPancasila. Bahkan KH Muchid Muzadi pernah memiliki sebuah pepatah "Menjadi NU menjadi Indonesis".
3. Kompromi NU dan Soekarno di Awal Kemerdekaan
Hasil kompromi NU dan Soekarno menjadikan negara ini akhirnya tidak murni sekuler tapi juga tidak negara Islam. Pancasila yang didukung NU menyepakati bahwa semua warga Indonesia berhak menjalankan agamanya dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4. Seokarno Tak Bisa Lepas dari NU
KH Wahab Hasbullah pernah mengatakan bahwa Soekarno tanpa NO (Nahdlatoel Oelama) akan menjadi susah menjalankan negara. Demikian juga Bung Karno tanpa No (Nahdlatoel Oelama) akan mudah digulingkan orang.
5. Soekarno Mendukung NU Lepas dari Masyumi
Ketika NU merasa dianaktirikan di Masyumi, Soekarno mendukung penuh NU keluar dari Masyumi.
6. Soekarno Memberi NU Jabatan Wakil Perdana Menteri
Puncak kedekatan Soekarno dengan NU dilakukan ketika memberikan kursi wakil perdana menteri yakni Zainul Arifin dalam kabinet Ali Sastroamijoyo dari PNI.
7. NU Memberikan Gelar Khusus bagi Soekarno
Keistimewaan Soekarno di mata NU menjadikannya mendapatkan gelar khusus sebagai Waliyul Amri Dharuri Bis Syaukati.
KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) pernah menulis bahwa pemberian gelar Waliyul Amri Dharuri Bis Syaukati berdasarkan hukum fiqih. Bahwa kekuasaan harus efektif karena pemerintah dinilai telah menjalankan kepentingan umat Islam melalui pemberian wewenang penuh pada Menteri Agama.
Advertisement