Soal UN Sengaja Dibuat Sulit, Mendikbud: Saya Kecewa Kalau Ada yang Bilang Gampang
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan pemberian bobot pada soal Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) khususnya untuk mata pelajaran Matematika tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat berbeda dengan penilaian biasanya.
"Memang yang akan dipetakan lewat UN antara lain adalah aspek tingkat kesulitan tertinggi yang bisa dicapai oleh siswa. Tetapi pemberian bobot nya juga beda," ujar Muhadjir di Jakarta, Sabtu, 14 April 2018.
Mendikbud mengakui bahwa soal UN pada tahun ini lebih sulit karena memang yang ingin dipetakan melalui UN antara lain adalah aspek tingkat kesulitan tertinggi yang bisa dicapai oleh siswa.
"Saya justru kecewa, kalau banyak siswa yang bilang soalnya gampang. Tidak belajar sungguh sungguh pun bisa mengerjakannya," kata dia.
Pemberian bobot yang berbeda itu mirip dengan sistem penilaian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang mulai diberlakukan pada tahun ini, yakni berdasarkan tingkat kesulitan soal.
"Mirip seperti itu. Namun itu soal teknis, ahli evaluasi dan pengukuran pendidikan yang lebih menguasai."
Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan pihaknya mulai tahun ini mulai memberlakukan soal yang membutuhkan daya nalar tinggi atau high order thinking skills (HOTS).
Mendikbud menargetkan secara substantif meningkatkan kualitas dari UN tersebut dengan memasukkan soal HOTS.
Sementara itu Direktur Global Sevilla, Robertus Budi Setiyono, mengatakan pihaknya menampung keluhan siswanya yang mengikuti UN.
"Anak-anak banyak mengeluhkan soal yang tidak sesuai dengan kisi-kisi yang disampaikan terutama untuk mata pelajaran Fisika, Kimia dan Matematika," kata Budi.
Menurut Budi, hal itu yang membuat siswanya merasa kaget karena meskipun nilai UN tidak menentukan kelulusan, namun masih menjadi bahan pertimbangan untuk memasuk jenjang perguruan tinggi.
Meskipun demikian, Budi mengatakan bahwa siswa harus belajar apapun tidak hanya berdasarkan kisi-kisi soal ujian.
"Siswa harus belajar semuanya tidak hanya kisi-kisi, karena hakikat belajar tersebut adalah pembelajaran bukan ujian," kata Budi. (frd/ant)
Advertisement