Soal Seismic, Pertamina Tak Cari Minyak Tapi Penelitian Bebatuan
Pihak Pertamina Hulu Energi (PHE) menyebutkan proyek penelitian di lima kecamatan di Bojonegoro, Jawa Timur, bukan melakukan survei seismic untuk mencari minyak, tapi penelitian lapisan bebatuan.
"Kita perlu meluruskan, itu bukan survei seismic, tapi penelitian struktur bebatuan," ujar Ketua Tim Kegiatan Penelitian Kebumian PT PHE Erwin Cahya Dewa pada Ngopibareng.id, pada Jumat 18 Maret 2022.
Erwin Cahya Dewa, merespons masyarakat yang salah persepsi antara survei seismic minyak dengan survei penelitian lapisan bebatuan. Jika itu survei seismic mencari minyak itu butuh waktu antara 10 sampai 12 bulan dan lokasinya di satu blok. Sedangkan untuk survei penelitian lapisan bebatuan itu hanya butuh antara 2 hingga 3 pekan di satu tempat.
Selain itu, lanjutnya, perbedaan yang mencolok adalah survei seismic itu menggunakan bahan peledak yang dimasukkan ke tanah sekitar 30 meter. Sedangkan survei lapisan penelitian kebumian ini menggunakan metode untuk mendapatkan gambaran, foto, citra bawah permukaan bumi dengan menggunakan mobil truk vibroseis dan penerima gelombang, sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan.
"Mungkin masyarakat melihat ada iring-iringan truk empat-lima unit, sehingga dikira ini survei seismic, cari minyak. Padahal tidak," imbuh Erwin Cahya Dewa.
Penelitian lapisan batuan ini, lanjut Erwan Cahya Dewa, adalah proyek dari Pemerintah Pusat dan menunjuk PT PHE sebagai pelaksana. Proyeknya digelar sepanjang 1.000 kilometer dari Kabupaten Kuningan Jawa Barat, kemudian di beberapa kabupaten di Jawa Tengah dan akan berakhir di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Sedangkan di Bojonegoro yang terkena program ini, yaitu di 29 desa di lima kecamatan. Yaitu di Kecamatan Kasiman, Kecamatan Margomulyo, Kecamatan Ngraho, Kecamatan Padangan dan Kecamatan Purwosari. Jangka waktu pengerjaannya di Bojonegoro sekitar tiga pekan.
Tim akan bergeser di Ponorogo, Madiun, Nganjuk, Malang kabupaten dan kota, Probolinggo kabupaten dan kota, Lumajang dan Jember. "Kita pindah-pindah dan terakhir penelitian di Lumajang," tandasnya.
Sebelumnya sejumlah rumah rusak juga tempat ibadah tanah yang rusak sudah diperbaiki pihak PT Pertamina Hulu Energi (HSE). Menyusul survei penelitian yang dilakukan pihak PT HSE pada Rabu 16 Maret 2022 lalu.
Menurut Kepala Desa Kuncen M Syaifudin, perbaikan atau ganti rugi rumah rusak sudah langsung ada perbaikan. Seorang warga Desa Kuncen bernama Wendi, yang rumahnya retak, juga langsung didatangi tukang batu yang datang ke rumahnya.
"Rumah sudah diperbaiki kemarin, begitu ada aduan," ujarnya.
Syaifudin menyebutkan, akan menunggu pengaduan warganya selanjutnya jika ada kerusakan." Mumpung waktunya baru saja," imbuhnya.
Desa Kuncen, Kecamatan Padangan, Bojonegoro, termasuk kampung dengan padat penduduk. Di desa ini terdapat lebih dari 6.000 jiwa yang tersebar di 18 rukun tetangga.
Kerusakan juga terjadi di Desa Purworejo, Kecamatan Padangan. Ada satu mushala di pinggir jalan yang mengalami retak temboknya akibat imbas dari proyek ini. Kemudian ada bak penampung air alias thorn milik Aan, warga Desa Sukorejo, yang jatuh akibat ada getaran.
Menurut Kepala Desa Purworejo Sakri, kerusakan tempat ibadah dan kerusakan lainnya sudah diperbaiki. Termasuk musholla desa yang didatangi tukang batu untuk membenahi yamg rusak.
"Sudak diperbaiki dari tim Pertamina," tegasnya.