Soal Masa Depan, KH Husein: Jangan Mengeluh dan Putus Asa
Kira-kira tahun 2014 dua orang teman mengajak KH Husein Muhammad dalam diskusi, atau lebih tepat sebut saja "ngopi" di Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta sambil makan malam di sana.
"Saat itu aku menginap di hotel di depan Pusat Kesenian Jakarta. Aku menyambut dengan riang ajakan itu. Dua teman tersebut adalah wartawan sebuah Koran harian," tuturnya.
Berikut penuturan KH Husein Muhammad selengkapnya:
Sesudah pesan minuman, mereka bicara soal situasi bangsa sambil mengeluh dan mengkritik tajam kebijakan pemerintah. Kata teman ; "Formalisme ritual keagamaan dan regulasi-regulasi bernuansa moralitas keagamaan berikut segala fasilitasnya yang menghabiskan miliaran rupiah telah menghasilkan kenyataan yang menggelisahkan dan mencemaskan akan masa depan bangsa ini.
"Pengaturan negara terhadap urusan pribadi/personal berpotensi mengkriminalkan orang yang tak bersalah."
Teman yang lain bilang : "Betapa mengherankan bila kata-kata Tuhan digunakan dan dihambur-hamburkan sebagai pembenar atas tindakan yang memenjarakan dan melukai tubuh dan jiwa manusia. Inikah produk pendidikan yang dijalani selama bertahun-tahun di negeri ini?".
Aku merespon spontan saja, tanpa permenungan panjang :
"Aktivitas belajar-mengajar di lembaga-lembaga pendidikan kita pada umumnya telah lama menanamkan kebiasaan memanjakan tubuh dan hasrat-hasrat diri sesaat (duniawi)".
"Pendidikan tidak dibuat untuk mengembangkan dialektika intelektual yang mencerdaskan, mencerahkan dan mendamaikan ruh. Dalam banyak situasi belakangan ini, bahkan lembaga pendidikan keagamaan dikembangkan melalui indoktrinasi, menjanjikan kenikmatan sorgawi, menakut-nakuti neraka dan memusuhi orang lain yang berbeda dari dirinya. Cara ini pada gilirannya bisa menimbulkan malapetaka sosial".
"Bangsa kita semakin hari semakin mundur ke belakang. Masa depan menjadi suram", kata teman dengan nada lemah, seperti putus harapan".
Aku bilang : "Jangan mengeluh apalagi putus asa. Tak ada gunanya, bahkan itu akan makin memberatkan diri dan bisa menyulitkan kita untuk bisa mencari jalan yang membebaskan. Kita harus terus berjalan ke depan dan optimis. Seorang bijakbestari bilang : "Dalam situasi yang mengerikan sekalipun, janganlah kehilangan harapan. Tuhan selalu membentangkan jalan. Dia Maha Pengasih".
Lalu aku membacakan kata-kata Ibnu Athaillah dalam bukinya yang amat terkenal "Al-Hikam" :
َلا يَكُنْ تَأَخُّرُ اَمَدِ اْلعَطَآءِ مَعَ اْلِالْحَاحِ فِى الدُّعَآءِ مُوجِبًا لِيَأْسِكَ. فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ اْلاِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ. وَفِى اْلوْقْتِ الَّذِى يُرِيْدُ لَا فِى اْلوَقْتِ الَّذِى تُرِيْد
"Tertundanya pemberian sesudah engkau mengulang-ulang permohonan kepada Tuhan, seyogyanya tidak membuatmu patah hati. Dia menjamin terpenuhinya permintaanmu sesuai dengan apa yang Dia pilih bukan yang engkau pilih, dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada saat yang engkau kehendaki."
Beliau menegaskan lagi :
لا يُشَكّكَنَّكَ في الوَعْدِ عَدَمُ وُقوعِ المَوْعُودِ، وإنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ؛ لِئَلّا يَكونَ ذلِكَ قَدَحاً فى بَصِيرَتِكَ وَإخْماداً لِنُورِ سَرِيرَتِكَ
"Tak usah kau bimbang pada keniscayaan perkabulan janji Tuhan, meski belum terwujud pada saat yang ditentukan. Itulah cara bijak Dia agar matahatimu tak redup dan cahaya jiwamu tak padam".
19.03.2020
HM
Advertisement