Soal Islam, Bung Karno Tak Enggan Tanya pada Ulama. Ini Pesan Kiai Mutawakkil
KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur meminta masyarakat tetap tenang dan menjaga kondosivitas yang telah terjaga. Diingatkan, agar umat Islam tidak mudang terpancing secara emosional, menghadapi setiap masalah keumatan.
“Karena hal itu justru bisa berakibat pada rusaknya ketertiban, apalagi tahun ini adalah tahun demokrasi,” tutur Kiai Mutawakkil pada ngopibareng.id.
Ia mengingatkan, ketidakfahaman soal Islam bila kita belajar pada Bung Karno, sosok Proklamator RI, tak enggan untuk bertanya pada para kiai, para ulama dan ahli agama.
Keakrabannya dengan para ulama, seperti dengan Kiai Wahab Hasbullah, tokoh NU, dan ustadz A Hassan Bandung, mencerminkan kedekatan sekaligus kesadaran bertanya oleh Bung Karno. Bahkan, ada bukti tertulis soal Islam dalam buku Bung Karno, "Surat-Surat dari Endeh" yang merupakan dialog dengan A Hassan, pendiri Persatuan Islam (Persis).
Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini menanggapi kasus puisi berjudul ‘Ibu Indonesia’ karya Sukmawati Soekarnoputri, yang dinilai melecehkan dan menghina Islam. Dalam puisi tersebut, Sukmawati membandingkan antara cadar dengan konde serta azan yang tak lebih merdu dari suara kidung Ibu Indonesia.
“Kami sudah memerintahkan Ansor Jatim untuk melaporkan kasus ini ke Polda Jatim agar segera diusut secara hukum sampai tuntas agar tidak timbulkan keresahan dan dimanfaatkan pihak pihak lain,” jelasnya.
KH Mutawakkil berharap agar ada keluarga Bung Karno yang meluruskan persoalan ini supaya tidak menimbulkan fitnah.
“Sekali lagi kami minta masyarakat tidak terprovokasi, dan serahkan ke proses hukum, kami minta Kapolda dan Kapolri untuk memproses kasus ini,” jelasnya.
Pihaknya sangat menyayangkan puisi Sukmawati Sukarnoputri, karena substansinya tidak menghormati Islam dan mengusik keberamaaan di Indonesia.
Kiai Mutawakkil menjelaskan puisi Sukmawati jelas jelas menabrakkan nilai-nilai agama seperti azan, jilbab dengan budaya Jawa.
“Substansi puisinya sangat bertentangan dengan sikap Bung Karno, ayahnya yang sangat menghormati agama dan menghormati kiai. Hal itu dibuktikan dalam sejarah Bung Karno yang selalu konsultasi dengan kiai termasuk dengan KH Hasyim Asyari dalam segala hal,” demikian cucu generasi pendiri NU KH Mohammad Hasan Genggong ini.
Menurutnya, seharusnya jika Sukma tidak mengerti agama jangan malu bertanya kepada kiai atau ulama. Dengan begitu pemahamannya terhadap agama menjadi benar, sebagaimana Bung Karno. (adi)
Advertisement