Polarisasi Masyarakat dan Isi Bensin Mobil, Melupakan Substansi
Di tengah pandemi Covid-19 yang terus mewabah, situasi ekonomi tidak menggembirakan. Kata Menkeu Sri Mulyani pada tri wulan I angka pertumbuhan ekonomi - 3,5 %, prediksi triwulan II -4 s/d 6 %.
Menyimak berita dan media sosial (medsos), polarisasi masyarakat yang meruncing sejak 2016 sampai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, belum ada tanda menurun. Tampaknya akan tetap menjadi isu.
Untung pro versus kontra soal Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) tidak melebar, PDIP merespons cukup ok --bagus-- dan jangan muncul isu lain. Bagaimana mempersempit polarisasi, saya percaya pemerintah sudah punya resepnya.
Mereka yang suka usil terus memancing-mancing. Soal mengisi bensin mobil saja dipersoalkan ramai. Sayang awak media memanfaatkan, demi kejar berita hangat.
Ngeri! Mengerikan.... Kalau psikologi sosial terus dibakar dan media memberi ruang . Bayangkan betapa besarnya resiko yang kita akan rasakan di tengah kerawanan ekonom dan Covid-19.
DR KH As'ad Said Ali
(Pemerhati sosial politik, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2015, Wakil Kepala BIN, 2001).
Advertisement