Soal Intoleransi, Gus Dur: Yang Memberantas Kurawa adalah Pandawa
Ketika tindakan intoleran semakin merajalela dan seakan negara bungkam, ada sebuah misteri yang mengusik hati banyak orang. Bukankah mereka ini mulai eksis pasca-reformasi dan KH Abdurrahman Wahid pernah menjadi Presiden di masa itu?
Bahkan setelah tidak menjadi Presiden sekalipun, jika Gus Dur berkenan, maka bukan sebuah perkara sulit untuk memberantas kelompok ini.
Pada suatu kesempatan, Ningg Shuniyya Ruhama, salah seorang pengasuh pesantren di Jawa Tengah, menanyakan hal ini kepada Gus Dur. Jawaban Gus Dur tidak dalam narasi simpel seperti biasanya, namun dalam cerita wayang.
"Pada suatu ketika, di saat bala kurawa yang dipimpin oleh Duryudana berada pada puncak kezalimannya, maka Prabu Kresna tidak tahan lagi. Ia marah besar. Ia tidak mampu menahan amarahnya sehingga madeg kadewatan menjadi Braholo siap menghancurbinasakan Duryudana beserta Balakurawanya.
Kahyangan pun kalang kabut. Batara Guru tidak mampu menghentikan amarah Prabu Kresna. Jika dibiarkan, skenario kehidupan akan mengalami kegoncangan. Maka beliau segera sowan kepada Ki Lurah Semar.
Setelah Ki Lurah mendengarkan curahan gundah gulana dari Batara Guru, iapun langsung bergegas menemui Prabu Kresna yang sudah menjadi Braholo.
Gus Dur menyampaikan bahwa apa yang dilakukan oleh Prabu Kresna bukanlah sesuatu yang bijak. Sebab telah tertulis dalam kepastian bahwa para Kurawa akan dikalahkan oleh Pandawa, bukan oleh Braholo.
Braholo pun tersadar dan kembali menjadi Prabu Kresna yang tenang, dan melihat kepastian skenario di Padang Kurusetra, bahwa memang benar yang menghabisi Kurawa beserta seluruh pendukung setianya adalah Pandawa"
Demikianlah jawaban Mbah Wali Gus Dur dengan cerita wayang sebagai pengibaratan. Cerita ini sudah pernah disampaikan Ning Shuniyya Ruhama kepada Ibu Nyai Alissa Wahid pada tahun 2012.
"Siapakah yang dimaksud sebagai Pandawa dalam cerita Mbah Wali Gus Dur itu? Mari kita simak setiap babak dari drama yang sepertinya sudah akan segera dimulai..." Demikian dikisahkan Ning Shuniyya Ruhama, Murid Mbah Wali Gus Dur.
Advertisement