Soal Cinta Tanah Air, Ini Keprihatinan Habib Luthfi
Rais 'Aam Idarah Aliyah Jam'iyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (Jatman) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya mengatakan, saat ini banyak disaksikan mulai terjadi penurunan kecintaan kepada auliya, ulama, para habaib, sampai kecintaan kepada tanah air. Sedikit demi sedikit mulai terkikis.
"Apabila kita tidak mau berpikir jauh tentang kecenderungan melunturnya kecintaan kepada para ulama dan tanah air, sulit dipertahankan lebih lanjut dengan apa yang sering kita dengungkan cinta tanah air NKRI harga mati," tegasnya.
Dikatakan, ungkapan NKRI harga mati tidak basi memang sangat mudah diucapkan, akan tetapi jangan sampai terbawa arus kelatahan.
"Ketika ada yang ngomong NKRI, mereka ikutan ngomong NKRI, padahal yang diomongkan tidak keluar dari lubuk hati," kata Habib Luthfi, pengasuh Kanzus Sholawat, Pekalongan.
Menurut Habib Luthfi, melunturnya kecintaan terhadap ulama dan tanah air karena saat ini jarang ditemukan cerita-cerita tentang perjuangan para pendahulu baik ulama, kiai, maupun tokoh sampai kepada generasi penerusnya.
"Sejarah lahir dan perjuangan Pangeran Diponegoro, Sentot Pawirodirejo, Kiai Mojo, Kiai Rifa'i, dan tokoh-tokoh lainnya sejarahnya sekarang di mana? Jangan dianggap enteng. Kita baru sempat mengucapkan terima kasih kepada mereka, akan tetapi kita belum bisa mencontoh ajaran dan perilakunya," ucapnya.
Habib Luthfi mengungkapkan hal itu, saat memberikan taushiyah pada peringatan Haul Agung ke-517 Raden Fattah di Masjid Agung Demak, Jawa Tengah, Kamis 6 Februari 2020 malam.
Selain Habib Luthfi, puncak acara peringatan haul juga menghadirkan KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq. Dalam ceramahnya, kiai asal Sleman Yogyakarta ini lebih banyak mengupas tentang sejarah perkembangan Islam di Indonesia hingga mendunia.
Dijelaskan, kebesaran Islam di Indonesia hingga berhasil mendunia tidak lepas dari peran para wali dan ulama. Mereka memberikan tuntunan kepada jamaahnya untuk selalu menghormati dan melestarikan tradisi ajaran yang baik dari generasi sebelumnya melalui tradisi haul (memperingati hari wafat) orang-orang baik yang berjasa mengajarkan Islam kepada masyarakat.
“Demikian juga masyarakat Islam Indonesia, termasuk Demak bisa tetap eksis berkat peran para wali songo dan ulama masa lalu yang salah tuntunan yang diajarkan adalah nguri-uri tradisi haul seperti sekarang ini,” ujar Gus Muwafiq.
Menurutnya, melalui tradisi haul inilah masyarakat dikenalkan tentang kebaikan-kebaikan, kegigihan, keuletan, dan ketaatan dalam menjalankan ajaran Islam.
"Perilaku akhlak mulia para wali dan kiai terdahulu patut kita contoh bagaimana mereka membangun masyarakat sehingga bisa hidup damai dan tenteram, meski berdampingan dengan orang yang berbeda agama, suku bangsa, dan tradisi," tegasnya.
Kegiatan peringatan haul agung didahului dengan puluhan kegiatan penunjang untuk menyemarakkan agenda rutin tahunan Pemerintah Kabupaten Demak.