Soal Bansos, Warga Curiga Presiden Jokowi Dibohongi Pembantunya
Warga Jakarta mempertanyakan kelanjutan pembagian sembako yang dijanjikan pemerintah. Pasalnya, tak sedikit warga yang merasa sakit hati, terutama mereka yang telah kehilangan panghasilan dan sangat mengharap bantuan tersebut.
Presiden menjanjikan sembako pengaman jaringan sosial itu akan dibagikan pada bulan April, Mei dan Juni dengan kemasan dua paket/bulan. Sehingga total yg akan diterima masyarakat enam paket. Selain Itu, ada bandos berupa bantuan tunai lanfsung (BLT) Rp600 ribu/bulan yang dibagikan melalu Kantor Pos.
"Saya curiga Pak Presiden Jokowi dibohongi oleh pembantunya dengan laporan asal bapak senang (ABS)," kata Nikmah, salah seorang pengurus RT di wilayah Jakarta Barat, Sabtu 30 Mei 2020.
Pengurus RT yang merangkap guru ngaji ini berharap Presiden dan Mensos serta Gubernur DKI melihat langsung fakta di lapangan atau di luar protokoler, tepat sasaran atau tidak.
"Sejak Jakarta menerapkan PSBB, kampung saya baru sekali menerima bansos dari pemerintah pusat sebanyak 45 paket. Dari DKI dua kali, pertama menjelang PSSB mendapat 59 paket, yang ke dua jumlahnya menyusut jadi 22 paket, yang baru kami terima Jumat 29 Mei 2020," kata Bu Ninik, panggilan akrab Nikmah.
Padahal, warga yang dianggap kurang mampu dan layak menerima bantuan akibat pandemi Covid-19 dan PSBB di kampungnya sekitar 175 orang.
Tidak sesuainya antara jumlah warga yang terdampak dengan bantuan paket sembako yang diterima menimbulkan kecemburuan, karena sebagian besar nama yang tertulis sebagai penerima manfaat bantuan adalah orang yang tergolong mampu, bangunan rumahnya bagus dan punya mobil.
Berdasarkan informasi yang ia terima dari kelurahan setempat, hal itu akibat kesalahan data yang diinput oleh Dinas Sosial, karena itu warga diminta segera mengirim data baru melalui RW. "Saya bersama warga sudah empat kali menyerahkan data baru. Bansos yang kami terima tidak bertambah banyak, tapi malah ambyar, dari 59 paket menjadi 22 paket," kata Bu Ninik.
Sampai sekarang paket sembako yang baru diterima itu belum dibagikan pada warga lantaran takut terjadi keributan. Hingga kini Nikmah masih memikirkan agar penyaluran bansos yang telah diterima. Ide sementara dibagi merata atau dicarikan solusi lain.
Sementara seorang warga di Kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Kebun Jeruk, Jakarta Barat yang mengaku bernama Sutarno mengatakan, bahwa yang diuntungankan adanya paket sembako jaringan pengaman sosial ini hanya pengurus RT/RW dan orang orang dekatnya. Mereka pasti dapat duluan, tidak akan kelewatan.
"Tidak usah jauh-jauh, contohnya RT saya, anaknya dapat, menantunya dapat, sedangkan janda kurang mampu yang menjadi warganya malah tidak dapat," kata Sutarno.
Akibat amburadulnya pembagian bansos ini, masyarakat akhirnya masa bodoh. Karena kalau mengharapkan bantuan tersebut malah menambah beban pikiran dan sakit hati.
"Pembagian bansos di pemerintahan pusat saja seperti ini, apalagi di daerah terpencil, mereka hanya bisa ngelus dada kalau melihat seremonial pembagian bansos di televisi yang seakan-akan semuanya beres," kata purnawirawan TNI AD penerima tanda penghargaan Seroja yang ditandatangani Presiden Soeharto itu.
Menanggapi fenomena tersebut, menteri sosial Juliari Batu Bara sebelumnya mengakui, memang terjadi kesalahan dalam mengakses data. Pihaknya masih berusaha memperbaikinya supaya Bansos yang dijanjikan pemerintah tepat sasaran, sesuai harapan Presiden.
Advertisement