Kemdikbud Berangkatkan Caregiver untuk Lansia di Jepang
Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ditjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bekerja sama dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), menyiapkan tenaga pendamping lansia (caregiver) untuk bekerja di Jepang.
Program ini akan diikuti oleh 188 lulusan SMK di bidang Keahlian Kesehatan, yang berasal dari SMKN 8 Semarang, SMKN 2 Malang, SMK Citra Medika Sragen, SMKN 28 Jakarta, SMK Annisa 3 Bogor, SMK Taruna Terpadu 1 Bogor, SMK Muhammadiyah 3 Metro, SMK Sari Farma Depok, SMK Kesehatan Citra Semester Indonesia Kulonprogo, dan SMKS Plus NU Sidoarjo.
Dirjen Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto menjelaskan, sebelum diterbangkan ke Jepang para peserta akan mendapatkan pelatihan bahasa dan budaya Jepang, serta kompetensi caregiver, dari sejumlah lembaga pelatihan, salah satunya Koba Mirai Japan.
Peserta pelatihan akan mendapatkan dua sertifikat sekaligus, yakni sertifikat bahasa Jepang setingkat N4 dan sertifikat kompetensi teknis caregiver/careworker dari Prometric, yang keduanya merupakan syarat utama untuk bekerja di Jepang.
"Inilah peluang bagi para pejuang dan pahlawan devisa. Tidak hanya dalam bidang caregiver, tetapi juga bidang-bidang pekerjaan lainnya, karena jumlah anak muda atau angkatan kerja mereka semakin berkurang, (sedangkan) yang terus bertambah justru populasi pensiunan," ujar Wikan dalam keterangannya pada Sabtu 19 September 2020.
Hal ini dikatakan dapat menjadi peluang meraup devisa luar negeri melalui penciptaan tenaga kerja internasional yang terampil, kompeten, unggul, dan berkarakter.
Sementara itu, Direktur SMK M. Bakrun mengatakan program pelatihan tenaga kerja SMK ke Jepang disentuh melalui bantuan Penguatan (retooling) SMK, maupun Pusat Keunggulan (center of excellence).
Prioritas program ini, lanjut Bakrun, adalah lulusan SMK Kesehatan tahun ini, karena pada akhir pembelajaran terkendala pandemi Covid-19, sehingga pembelajaran maupun pengujiannya tidak dapat berjalan lancar.
"Para calon peserta pelatihan telah disiapkan oleh sekolah masing-masing dalam kemampuan Bahasa Jepang setara N5," terang Bakrun.
"Kemampuan bahasa tersebut akan ditingkatkan untuk mencapai sertifikat dari Japan Foundation untuk kemampuan Bahasa Jepang selevel JLPT N4, atau setara JFT Basic A2 dan memiliki sertifikat lulus Skill Exam Careworker dari Prometric yang akan ditempuh melalui pelatihan selama empat sampai enam bulan," kata dia lagi.
Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika dan Pasifik BP2MI, Dwi Ananto menambahkan, di tengah pandemi yang menyebabkan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), tenaga pendamping lansia di Jepang justru dibutuhkan, karena tidak memungkinkan bepergian maupun aktivitas di luar rumah.
"Terlebih lagi Jepang, sebagai negara yang berpenduduk mayoritas lansia mempunyai kebutuhan sebanyak 60.000 selama lima tahun, dan demand (permintaan, Red) tahun 2020 sebanyak 1.200 untuk tenaga caregiver melalui visa kerja/Tekutugino dengan penghasilan yang menggiurkan," kata Dwi.