Kemendikbud Gandeng Daikin Untuk Persiapkan Tenaga Kerja Trampil
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus melakukan penguatan link and match dengan dunia usaha dan dunia industri (DU/DI).
Kerja sama dengan DU/DI tidak terbatas pada penyediaan praktik kerja lapangan atau magang bagi siswa, tetapi juga meliputi pengembangan kompetensi guru kejuruan, penyelarasan kurikulum, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, sertifikasi kompetensi, hingga rekrutmen lulusan SMK.
Ada kewajiban bagi setiap SMK yang akan didirikan, harus sudah jelas industri mana yang diajak bekerja sama. Sehingga jurusan yang ditawarkan menjadi sangat jelas. Jangan sampai begitu meluluskan, tidak pernah ada kerja sama, dan anak didik belum pernah melaksanakan praktik kerja industri.
Pesan ini disampaikan Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Plt. Dirjen Dikdasmen) sekaligus Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendikbud, Didik Suhardi, pada penandatanganan nota kesepahaman antara Direktorat Pembinaan SMK dengan PT Daikin Airconditioning Indonesia, di Jakarta, Kamis, 25 Juli 2019.
Didik Suhardi mendorong agar SMK yang menjadi pelaksana kerja sama dengan PT Daikin Airconditioning Indonesia dapat memberikan diversifikasi pada kurikulum bidang teknik pendingin dan tata udara.
"Setelah kerja sama ini perlu ada tim kecil untuk membahas penyelarasan kurikulum kerja sama antara PT Daikin dengan Kemendikbud. Tentu kurikulum ini yang akan dilaksanakan dan konsekuensinya akan dilaksanakan dengan implementasi yang konsisten," ujar Didik.
"
Hal ini, kata Didik, anak-anak didik mendapatkan ilmu yang up to date sesuai dengan perkembangan teknologi yang dikembangkan oleh PT Daikin.
Saat ini Pemerintah telah menggulirkan kebijakan insentif bagi perusahaan yang bekerja sama dalam pengembangan pendidikan kejuruan.
"Namanya super tax deduction yang saya kira bisa dimanfaatkan. Sehingga ada mutual partnership, di antara keduanya bisa saling menguntungkan," ujar Didik.
Presiden Direktur PT Daikin Airconditioning Indonesia, Ching Kim Huat menyatakan, bisnis utama perusahaannya adalah bidang pendingin udara yang berasal dari Jepang.
Perusahaan yang berusia 95 tahun ini berada di Indonesia sejak tahun 1970 melalui distributor lokal. Pada tahun 2012 Daikin Jepang memutuskan mendirikan perusahaan di Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan ASEAN dan diprediksi menjadi salah satu dari empat terbesar di dunia.
Namun, penetrasi pasar pendingin udara di Indonesia masih berkisar 25 persen. Maka pengembangan pasar di Indonesia menjadi target utama yang harus didukung salah satunya oleh para teknisi yang berkualifikasi untuk mendukung peningkatan kepuasan pelanggan.
Ketrampilan teknisi dalam memasang pendingin udara menjadi salah satu tantangan besar bagi merek pendingin udara Daikin. Tidak hanya kuantitas, tetapi juga kualitas pekerjaan.
"Ada banyak kasus di mana pemasang atau installer AC belajar langsung di lapangan, mendapatkan pendidikan formal dari lembaga atau sekolah yang berkualitas," kata Ching Kim Huat.
Lanjut Ching, Daikin ingin mengundang seluruh guru dan pelatih di Kemendikbud untuk datang ke pusat pelatihan untuk berlatih dan mendiskusikan road map perencanaan masa depan untuk pelajar khususnya di SMK.
Saat ini tercatat sebanyak 75 SMK yang membuka kompetensi keahlian teknik pendingin dan tata udara di seluruh Indonesia dengan jumlah peserta didik sebanyak 5.400 siswa.
Menurut Direktur Pembinaan SMK, M Bakrun, kerja sama dengan PT Daikin menjadi sangat strategis untuk meningkatkan minat calon siswa SMK, serta meningkatkan produktivitas alumni SMK. (asm)