SMAK St Hendrikus Kunjungi Kampung Pecinan
Siswa-siswi SMAK St. Hendrikus Surabaya mengunjungi Kampung Pecinan Tambak Bayan di Jalan Tambak Bayan Tengah Surabaya.
Kepala Sekolah SMAK St Hendrikus, Suster Yuliana Antin Kaswarini mengatakan kunjungan siswa ke kampung pecinan ini merupakan salah satu program STEP.
"Kampung pecinan ini unik, karena penghuni yang mayoritas orang Tionghoa keturunan secara ekonomi masih kurang. Biasanya orang Tionghoa itu ekonominya mapan," katanya.
Karena itu, lanjut Yuliana, kampung pecinan ini menjadi alasan dipilih untuk kegiatan STEP SMAK St Hendrikus. Harapannya dari kunjungan ini, para siswa peka terhadap persoalan sosial yang terjadi di kampung pecinan.
"Kegiatan ini dilakukan agar siswa SMAK St. Hendrikus lebih peka dalam melihat realitas sosial yang ada, sekaligus dapat menganalisisnya," katanya.
Di samping itu, kegiatan kunjungan ke Tambak Bayan ini merupakan salah satu realisasi motto sekolah yang menekankan pada nilai-nilai ‘compassionate, assertive, responsible, efficacious, dan sincere’ (CARES).
"Jadi, harapannya, dapat melatih siswa untuk semakin peduli terhadap keadaan sosial, terutama terhadap sesamanya yang secara ekonomi masih di bawah garis sejahtera," katanya.
Sementara, Michael Andrew, guru pengampu STEP Social Research Club (SRC) mengatakan, Program STEP SRC ini berkolaborasi dengan STEP Psycorp dan program Menulis itu Mudah (MIM). Agar, pembelajaran analisis sosial ini dapat diteliti dari perspektif dan aspek psikologis. Sekaligus bisa belajar penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
“Harapan kami, agar para siswa tidak hanya peka terhadap lingkungan sosial, tapi menangkap makna tertentu, mengabstraksi dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Michael.
Senada dengan Michael, guru Pengampu STEP Psycorp, Dita Indraswari mengatakan, kegiatan ini sangat penting dilakukan, agar para siswa mengerti keadaan psikologis masyarakat Kampung Pecinan Tambak Bayan.
“STEP SRC menganalisis bagian sosialnya, kalau kami menganalisis bagaimana secara psikologis masyarakat Pecinan Tambak Bayan dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, juga melihat bagaimana mereka hidup dalam sebuah komunitas yang solid di tengah-tengah ekonomi sulit," kata Dita.
Lain halnya dengan Aloysius Rabata, guru pengampu STEP Menulis itu Mudah (MIM) yang mengatakan kegiatan ini dilakukan agar para siswa dapat mengerti cara menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dari perspektif kaum marjinal.
"Perspektif inilah yang akan membentuk gaya penulisan mereka yang menunjukkan keberpihakan mereka terhadap masyarakat yang kekurangan," katanya.
Kehadiran para siswa-siswa SMK St. Hendrikus Surabaya, disambut hangat oleh warga Kampung Pecinan Tambak Bayan.
Dany Sumanjaya, pengurus Kampung Pecinan Tambak Bayan mengatakan, warga sangat senang dengan kehadiran para siswa untuk belajar. Ia berharap, kegiatan para siswa dapat menambahkan pengetahuan mereka terhadap kehidupan di sekitarnya.
"Kami sangat senang dengan kehadiran para siswa SMAK St. Hendrikus di Kampung Pecinan Tambak Bayan ini. Saya harap, mereka bisa tahu dan mengerti sejarah keturunan Tionghoa di Surabaya," kata Dany.
Menurut salah seorang peserta kegiatan ini, Catherine Fifi, kegiatan kunjungan yang dilakukan sekolahnya membuatnya memahami banyak tentang realitas sosial orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan.
"Kegiatan yang berkolaborasi dengan STEP SRC dan MIM membuat kami bisa bisa belajar dari lingkungan dan kami saling melengkapi satu sama yang lain," kata Fifi.
Selain Fifi, Tirza Anggraeni seorang siswi yang mengikut program STEP Psycorp, mengatakan, senang bisa ikut dalam kegiatan. Tirza mengaku bisa belajar menulis dan berpihak pada kaum ekonomi lemah.
"Dari kegiatan ini, kami juga bisa belajar menulis dari perspektif kaum yang kurang sejahtera, minoritas, dan sejenisnya yang mana hal-hal itu belum pernah kami dapatkan sebelumnya," katanya.