SMA di Banyuwangi Didorong Jadi SMA Double Track Berkonsep Taruna
Sekolah SMA yang ada di Banyuwangi didorong untuk melaksanakan double track berkonsep Taruna. Karena konsep ini menjadi solusi untuk menggali kemampuan yang dimiliki siswa. Selain untuk mengakomodasi kemampuan dan bakat siswa, melaui double track berkonsep Taruna ini diharapkan sekolah tidak lagi terjebak dalam persaingan yang tidak diperlukan.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur di Banyuwangi, Istu Handono menyatakan, sejak awal masing-masing SMA harus melakukan proyeksi bakat dan minat siswa yang akan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi ataupun yang tidak.
“Ternyata siswa yang melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dan tidak jumlahnya berimbang. Malah terkadang lebih tinggi yang tidak melanjutkan,” jelasnya, Senin, 8 November 2021.
Oleh karena ini, lanjut Istu Handono, harus dilakukan pemetaan terkait hal ini. Sehingga bisa diketahui mana siswa yang mau melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dan mana yang tidak. Setelah diketahui persentasenya, kemudian dikapling sesuai dengan kompetensi dasar yang dimiliki masing-masing siswa.
“Misal dia punya bakat olahraga kita buat. Dengan ini kita lakukan dobel track,” tegasnya.
Dobel track ini, lanjut Istu Handono, pelatihannya bisa dilakukan dengan menggandeng SMK yang sudah punya sarana yang linear dengan bakat itu. Namun, menurutnya juga bisa dilakukan dengan konsep sekolah taruna yang saat ini banyak dilakukan.
Konsep taruna ini menggambarkan sikap baik. Seperti SMA Negeri 2 Genteng yang menjadi SMA Taruna Bhayangkara, SMAN 1 Giri yang menjadi SMA Taruna Bangsa Banyuwangi. Konsep ini, lanjut Istu Handono, semata-mata untuk mengaktualisasikan berbagai jenis potensi siswa.
“Siswa itu mempunyai 9 jenis kecerdasan. 9 jenis kecerdasan ini harus digali sekolah. Ini untuk menyiapkan anak dengan potensi yang dimiliki,” tegasnya.
SMA dengan konsep double track ini tetap diselenggarakan sesuai kurikulum yang ada. Tetapi ada tambahan spesifikasi penguatan sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa.
Istu Handono menambahkan, pihaknya mendorong SMA-SMA di Banyuwangi untuk mengembangkan konsep ini. Sehingga setiap sekolah tidak lagi terjebak dalam persaingan yang tidak diperlukan. Misalnya, SMA Wongsorejo tidak akan meniru SMA Giri. SMA yang lulusannya hanya tidak sedikit yang lolos SMPTN tidak perlu lagi harus meniru SMA yang memiliki lulusan yang lebih banyak diterima dalam SMPTN.
“Desainnya di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Indikasinya ketika anak senang melakukan belajar maka akan menghasilkan prestasi,” tegasnya.
Saat ini, menurut Istu Handono, sudah ada beberapa SMA yang menjadi sekolah berkonsep taruna yakni SMA Rogojampi akan menjadi Sekolah Taruna Seni Budaya yang akan mengembangkan konsep senio budaya baik tradisional, kontemporer maupun modern. SMA Taruna Darus Sholah yang pembinaannya melibatkan pondok dan SMA Cluring yang akan menjadi sekolah Taruna Olahraga.
“Tindak lanjutnya, nanti diupayakan menjadi sekolah khusus. Karena sekolah khusus punya nomenklatur sendiri yakni semacam boarding school atau sekolah berasrama. Sehingga anak-anak berasrama. Nomenklaturnya berubah menjadi sekolah khusus,” pungkasnya.