Skip Challenge, Permainan Viral yang Berbahaya
Netizen dikejutkan oleh beredarnya video remaja melakukan skip challenge. Video ini menyebar di sejumlah Sosial Media, bahkan di Grup Whatsapp.
Main jahil-jahilan atau prank memang disukai anak-anak dan remaja karena bisa menyegarkan suasana dan mempererat pertemanan. Skip challenge merupakan permainan cekik dan tahan nafas hingga lama waktu tertentu. Namun, tak sedikit yang melakukan itu tanpa tahu batas-batas dan risikonya.
Akibat fatal dari permainan itu di antaranya dialami oleh anak bernama Da'Vorious (Chi Chi) Gray, (11) asal South Carolina, AS pada 21 Maret 2016. Anak kelas 6 SD ini ditemukan sekarat di kamar mandi rumahnya setelah melakukan skip challenge yang diduga terinspirasi oleh video yang ditontonnya. Chi Chi akhirnya meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Menurut laporan Yayasan The Dangerous Behaviours, pemantau perilaku berbahaya dari permainan choking game, sudah banyak anak praremaja dan remaja yang mati sia-sia akibat permainan sensasional ini.
Sensasi didapat dari berhentinya aliran darah dan oksigen ke otak sehingga menyebabkan efek high atau keleyengan sesaat. "Memang benar yang diinginkan adalah efek keleyengan," kata spesialis anestesi, dr. Aryati W. Partodimulyo, SpAn.
"Orang lain melihatnya anak ini pingsan dan kejang. Sebetulnya, kejadian itu sama seperti kalau kita mau pingsan betulan; mata berkunang-kunang dan gelap, kepala terasa berat dan berputar. Namun, karena dalam permainan ini si pelaku sudah siap pingsan, maka rasanya jadi enak. Seperti orang yang mau naik roller coaster saja. Sebetulnya, kan, dijungkirbalik di roller coaster tidak enak, tapi karena kita sudah siap, rasanya jadi beda... jadi enak... dan sensasi petualangan itulah yang dicari," kata Aryati.
Di video yang beredar, anak-anak melakukan #skipchallenge saat berada di sekolah, sambil bercanda dengan cara menekan dada temannya sekuat tenaga hingga pingsan. Hal itu terjadi akibat aliran darah dan oksigen ke otak terhenti oleh tekanan tadi. Efeknya tentulah sangat berbahaya.
"Kejadian otak kekurangan oksigen atau hipoksia, jika berlangsung lebih dari 4 menit bisa menimbulkan kerusakan otak permanen hingga kematian," kata Aryati mewanti-wanti.
Ironisnya, anak-anak seperti mengabaikan fakta bahwa korban sudah berjatuhan. Tidak heran, beredarnya kumpulan video #skipchallenge atau #passoutchallenge di sekolah langsung membuat heboh dunia pendidikan.
Para orangtua dan guru langsung pasang kuda-kuda untuk melakukan pengawasan lebih melekat. Ditambah lagi sudah ada penyataan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy serta Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek yang menyatakan #skipchallenge berbahaya sehingga harus dihentikan. (frd)