RS Rujukan di Surabaya Berlakukan Skala Prioritas Pasien Covid-19
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Surabaya, dr Brahamana Askandar menyampaikan, setiap rumah sakit (RS) rujukan yang ada di Kota Surabaya melakukan skala prioritas dalam penanganan pasien konfirmasi positif terpapar Covid-19.
Pria yang lebih akrab disapa Bram itu menyampaikan, mereka membuat skala prioritas karena saat ini terjadi lonjakan kasus yang cukup tinggi. Sampai-sampai masih banyak antrean pasien Covid-19 dengan gejala sedang dan berat untuk bisa mendapat kamar isolasi dengan tekanan negatif.
“Kalau terjadi antrean, maka dokter harus melakukan perawatan yang baik, tapi kalau kamar perawatan tidak ada, dan tenaga tidak mencukupi, maka harus ada skala prioritas,” kata Bram ketika ditemui usai menerima penyuntikan vaksin Covid-19 kedua di Balai Kota Surabaya, Jumat 29 Januari 2021.
Skala prioritas ini, jelasnya, sangat penting untuk dilakukan guna mempercepat perawatan terhadap pasien-pasien bergejala berat yang harus segera mendapat pertolongan untuk mengantisipasi kematian. Menurutnya, tak sedikit pasien Covid-19 yang mati di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena menunggu kamar.
“Kalau berdasarkan urutan, maka tidak bisa terselamatkan orang-orang (bergejala berat). Misal, antrean nomor satu gejala ringan minta duluan karena antrean pertama, kemudian antrean keempat gejala berat kalau gak tertangani bisa mati. Maka skala prioritas harus kita lakukan,” jelasnya.
Di sisi lain, berdasarkan data, banyak warga yang bergejala atau terpapar Covid-19 kemudian takut untuk melakukan perawatan di RS Rujukan. Keterlambatan tersebut apalagi yang memiliki gejala berat akan berpengaruh terhadap upaya penanganan. Sebab, dari pengalaman banyak yang sudah kondisi buruk sulit terselamatkan.
Belum lagi, ungkap Bram, tak sedikit tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat yang terpapar Covid-19 dan harus mendapat perawatan. Banyaknya dokter yang positif ini kalau tidak tertangani dengan cepat, maka perawatan pasien tidak akan maksimal.
“Makanya sampai sekarang masih belum terjadi relaksasi. Kita masih perseneleng lima karena banyaknya pasien. Sekarang dokter juga merawat temannya sendiri karena banyak dokter yang positif,” pungkasnya.
Karena itu, ia berpesan agar masyarakat mau disiplin menerapkan protokol kesehatan, meliputi menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer.
Sementara itu, mengacu pada data yang diupdate oleh Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur melalui www.infocovid19.jatimprov.go.id, angka kematian di Kota Surabaya yang tertinggi di Jatim dengan total kematian 1.293 atau setara dengan 6,55 persen.
Advertisement