Situs Gunung Ratu Lamongan, Perlu Kajian Sejarah Mendalam
Situs Gunung Ratu di Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang, Lamongan, lokasi makam Dewi Andongsari, yang diyakini sebagai ibunda Gajah Mada. Situs ini perlu kajian sejarah dan arkeologi dan perlu penelitian lebih mendalam.
Menurut arkeolog Badan Pengelola Museum dan Cagar Budaya Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Wicaksono Dwi Nugroho, sampai sekarang belum ada bukti keterkaitan antara situs Gunung Ratu dengan Gajah Mada.
Bahkan, hasil penelitian yang pernah ia lakukan bersama Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Lamongan juga belum didapatkan materi pendukung.
"Belum ditemukan sumber sejarah yang dapat dijadikan dasar keterkaitan situs Gunung Ratu dan Gajah Mada, " katanya, sebagai narasumber 'Saresehan Sejarah Gajah Mada, Kebangkitan Nusantara dari Bumi Lamongan, Selasa 4 Juli 2023.
Pendapat lain Wicaksono, material yang ditemukan di Gunung Ratu dan oleh sebagian orang dijadikan sebagai pendukung. Yaitu kemungkinan adanya keberadaan kehidupan sebelumnya terkait Dewi Andongsari dan Gajah Mada, "Saya juga tidak terlalu yakin," tandasnya.
Dicontohkan penemuan batu bata yang ditemukan merupakan terkecil selana imi. Hanya sepanjang 25-29 centimeter. Sedang di Jombang dan Trowulan Mojokerto lebih besar. Soal logam berupa pusaka atau yang lain, dinilai berusia muda.
"Lagi, soal pecahan keramik. Saya melihatnya itu zaman Dinasti Ming yang ada sekitar tahun 1500 an. Mestinya kan harus pada sekitar tahun 1100 an, " terangnya.
Hanya, Wicaksono sepakat kalau Situs Gunung Ratu adalah cagar budaya berupa situs dan mungkin suatu kawasan yang menyimpan jejak pemukiman kuno. Yaitu dari masa Airlangga hingga Majapahit dalam wilayah cukup luas.
"Terkait interprestasi saat ini di masyarakat, tidak ada yang salah dengan keyakinan atau cerita rakyat. Tentu ini menjadi PR bersama, perlu penelitian lebih me dalam, apakah secara arkeologi atay justru cerita rakyat yang benar, " tukasnya.
Pendapat Wicaksono terkait dengan buku yang disusun oleh Paguyuban Wilwatikta. Yakni, gabungan dari 12 kelompok penghayat budaya. Buku tersebut tentang pakem cerita rakyat Dewi Andongsari Ratu Wilwatikta. Dibacakan sebagai pembuka sarasehan.
Buku berisi **********************soal prasasti Sukamerta 1296 M dan Balawi 1305 M. Keduanya, ditemukan persamaan isi, sama-sama menjelaskan keberadaan empat putri raja Kertanegara yang diperistri Raden Wijaya.
Sedangkan pada prasasti Gajah Mada 1351 M dan Caitya (makam Singosari) yang dibuat oleh Raja Gajah Mada sebagai penghormatan kepada Raja Kertanegara. Ini menjawab bahwa Gajah Mada adalah anak Raden Wijaya dan Ratu Tribuananeswari serta cucu Kertanegara.
Adapun pada pakem cerita rakyat, menerangkan bahwa Gajah Mada saat tua kembali ke pangkuan ibunya sampai akhir hayat dan dimakamkan di Gunung Ratu. Ini dibuktikan dengan penemuan hamparan bata merah di sebelah timur Gunung Ratu.
Selain Wicaksono, seorang narasumber dari arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, juga dihadirkan pada saresehan yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan di Pendapa Pemkab Lamongan tersebut.
Dwi Cahyono menerangkan, Lamongan wilayah selatan merupakan pusat peradaban Hindu Budha. Sehingga banyak sekali ditemukan prasasti, candi, arca, dan situs lainnya. Dari situs bersejarah yang ditemukan secara tidak utuh tersebut melahirkan cerita lisan dan tradisi lisan yang melekat atau biasa disebut dengan cerita rakyat.
Salah satunya di situs Gunung Ratu yang terdapat pada Dusun Cancing Kecamatan Ngimbang terdapat cerita rakyat tentang Dewi Andongsari.
"Tapi, penemuan situs yang tidak utuh sulit diidentifikasikan. Sehingga ahir cerita lisan atau cerita rakyat yang melekat dengan situs di sana," ungkapnya.
Saresehan dihadiri sejumlah budayawan, pemerhati sejarah dan para sesepuh budaya se Lamongan. Acara dibuka Bupati Yuhronur Efendi. Turut hadir Wakil Bupati Abdul Rouf dan sejumlah OPD terkait.
Menurut Bupati Yuhronur, budaya merupakan jati diri dan kekayakan lokal yang harus dipahami dan dijadikan spirit oleh masyarakat. Terutama dalam merekonstruksi kejayaan yang sudah ada sejak masa lampau.
Selain itu, literasi budaya, khususnya tentang sejarah yang berkembang di Lamongan sangat penting untuk literasi dimasa depan. Menghadapi peradapan dunia yang terus berubah tentu akan merubah pula kehidupan sosial. Jadi literasi budaya harus dijadikan pedoman karena didalamnya lekat jati diri dan spirit kejayaan yang sudah ada sejak dulu.
"Pemkab Lamongan akan terus memelihara budaya, situs, dan adat istiadat yang ada di Lamongan. Selain bertujuan melestarikan peninggalan bersejarah juga diintegrasikan dengan pariwisata. Keberadaan situs-situs di Lamongan mulai situs Hindu, Budha, dan Islam mampu mengundang 4,7 juta wisatawan pada 2022 lalu, " tandasnya.
Advertisement