Situbondo Punya Kampung Organik untuk Wisata Edukasi
Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) kian berwarna. Tengok jurus yang dimainkan Situbondo. Kabupaten di Jawa Timur ini mengembangkan destinasi pariwisata berbasis go green. Mereka membuat Wisata Edukasi Kampung Organik.
"Konsepnya sangat sederhana. Kita terapkan pada lahan pertanian. Tapi memberikan efek besar terhadap lingkungan," kata Bupati Situbondo Dadang Wigiarto.
Tidak ada unsur kimia atau bahan sintetis pabrik yang dipakai kala bercocok tanam. Pupuk anorganik sampai pestisida kimia dijauhkan dari Kampung Organik. Sebagai gantinya, kompos sampai kotoran ternak menjadi formula pupuk penyubur tanaman.
Bagaimana pengendalian hamanya? Semuanya pun dilakukan secara alami, seperti memakai jasa burung hantu guna menekan pertumbuhan hama tikus.
“Kampung Organik salah satu konsep destinasi wisata terbaru kami. Kami gembira, sebab masyarakat juga punya kesadaran mengembangkan Kampung Organik ini. Semua kegiatan pertanian dilakukan secara alami. Lingkungan pun terjaga. Ini yang kita jual,” ungkap Dadang.
Lokasinya? di Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Situbondo. Program paten ini pun menjadi bagian kampanye ‘Situbondo Tahun Kunjungan Wisata 2019’.
Dengan program ini wajah Desa Klatakan bertransformasi. Pekarangan rumah sampai kebun pun disulap menjadi lahan organik. Aneka jenis sayur mayur dan palawija pun di tanam di sana. Kualitas tanaman organik pun lebih bagus.
“Desa Klatakan memang fokus ke sana. Sayuran dan palawija di sini justru tumbuh subur dengan treatment organik. Semuanya terlihat sangat hijau dan segar-segar. Kalau tidak percaya silahkan datang ke Desa Klatakan,” tuturnya.
Tidak sulit mencari dan menjangkau
lokasi Kampung Organik di Desa Klatakan. Dari arah Banyuwangi, Anda
bisa berhenti di Masjid Jami, Desa Klatakan. Di sekitar Masjid Jami tersebut terdapat rambu-rambu penunjuk arah untuk sampai ke lokasi Kampung Organik.
“Berbagai infrastruktur bertahap akan kita perbaiki. Biar wisatawan nyaman. Selain itu nilai jualnya jadi lebih tinggi. Semakin banyak wisatawan datang, semakin warga diuntungkan. Hasil pertanian organik pasti semakin laku dibeli wisatawan. Dan pastinya lingkungan pun terjaga karena bebas bahan kimia,” pungkasnya.
Upaya penguatan 1 dari 14 pilar TTCI ala Kabupaten Situbondo pun diapresiasi
Manteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
Metode pertanian organik 100 % menggunakan bahan-bahan alamiah. Tidak ada unsur kimia atau bahan sintetis pabrik yang dipakai. Hal ini jelas mendukung pelestarian alam.
“Ingat, semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan. Semakin alamiah, semakin menjaga ekosistem, semakin baik menjaga keseimbangan alam. Itulah prinsip pariwisata! Harus sustainable!” kata Menpar Arief Yahya.
Terlebih dari data The Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2017, yang dikeluarkan secara resmi oleh World Economic Forum (WEF) pada April 2017 lalu, menunjukkan komponen Environment Sustainability Indonesia berada di posisi 131 dari 134 dunia. Serta health and hygiene di posisi 109 dunia.
"Untuk memperbaikinya memang tak bisa instan. Tak bisa juga digarap Kemenpar sendirian. Indonesia Incorporated, harus kerja bareng. Pemerintah dan masyarakat," kata Menpar Arief Yahya.
Mantan Dirut Telkom itu berharap, ke depannya semua sektor yang berhubungan dengan industri pariwisata terus berbenah dan bersinergi demi mewujudkan target yang akan dicapai pada tahun 2019 tersebut.
“Semua unsur yang menjadi kelemahan terus kita perbaiki dengan melibatkan stakeholder, pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, pers, dan komunitas masyarakat atau sebagai kekuatan pentahelix. Sinergisitas pentahelix ini merupakan kunci sukses dalam mengembangkan pariwisata nasional,” kata Arief Yahya. (*)