Situasi Myanmar Mencekam, KBRI Yangon Siaga 2
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Myanmar menetapkan status siaga 2 mengingat situasi di sana yang semakin buruk, Kamis 4 Maret 2021. Seperti diketahui, Myanmar mengalami krisis politik setelah angkatan bersenjata Tatmadaw menahan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan mengumumkan kudeta pada 1 Februari lalu.
"Memperhatikan perkembangan situasi terakhir dan sesuai rencana kontijensi, saat ini KBRI Yangon menetapkan status Siaga 2," kata Duta Besar RI untuk Myanmar Iza Fadri.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan KBRI Yangon terus memantau perkembangan situasi di Myanmar. Pihak kedutaan Indonesia akan mengupayakan fasilitas pesawat bagi WNI yang berencana pulang ke Indonesia.
Menurut Iza, WNI yang hendak pulang bisa menumpang dengan pesawat yang berangkat dari Myanmar via Kuala Lumpur dan Singapura. "Kita infokan," tegasnya.
KBRI, lanjut Iza telah menyampaikan imbauan agar WNI tetap tenang dan berdiam diri di kediaman masing-masing, menghindari bepergian, termasuk ke tempat kerja jika tidak ada keperluan sangat mendesak.
"Bagi WNI beserta keluarganya yang tidak memiliki keperluan dan pekerjaan yang esensial, dapat mempertimbangkan untuk memanfaatkan penerbangan kembali ke Indonesia yang saat ini masih tersedia," ujarnya.
PBB mencatat sebanyak 38 orang tewas dalam unjuk rasa, pada Rabu 3 Maret. Angka itu merupakan jumlah korban terbanyak selama aksi kudeta berlangsung. Utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, mengatakan bahwa Rabu itu adalah hari paling berdarah sejak kudeta.
Sebelumnya Menteri Luar Negari (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi, mendesak agar junta militer menahan diri dan tidak menggunakan kekerasan dan kekuatan terhadap para pendemo di Myanmar. Bagi Indonesia, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Myanmar adalah prioritas nomor satu.
Retno juga mengatakan bahwa ASEAN siap membantu Myanmar. Namun dengan catatan, jika Myanmar mengizinkan membuka pintu bagi ASEAN.