Siswa SMP Sidoarjo Gelar Teatrikal Heroik Perobekan Bendera Belanda
Memperingati Hari Pahlawan, sekolah menengah pertama (SMP) swasta di Sidoarjo menggelar drama teatrikal detik-detik perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato Kota Surabaya.
Drama teatrikal ini diperankan oleh 50 siswa, guru pengajar, dan wali murid. Kegiatan itu diawali dengan upacara bendera merah putih. Uniknya, semua peserta upacara mengenakan baju perjuangan pahlawan atau baju adat nusantara.
Peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato yang saat ini bernama Hotel Majapahit, terjadi pada 19 September 1945 silam. Saat itu di bulan September 1945 ada seruan dari Presiden Soekarno untuk mengibarkan bendera merah putih.
Pada saat itu warga Surabaya marah karena melihat ada bendera Belanda dikibarkan di atap Hotel Yamato. Warga kemudian beramai-ramai menurunkan Bendera Belanda dan merobek warna biru. Selanjutnya bendera yang tinggal warna merah dan putih dikibarkan kembali.
Peristiwa perobekan bendera Belanda itu menjadi awal dari rentetan perlawanan arek-arek Suroboyo, yang pada puncaknya terjadi pada 10 November 1945. Momen itu menjadi sejarah keberanian warga Surabaya dalam mengusir Sekutu yang diboncengi tentara Belanda yang ingin menjajah kembali.
Kepala SMP Al Falah Assalam M Ma'ruf mengatakan, kegiatan ini tidak sekadar memperingati Hari Pahlawan, namun juga untuk meneladani sosok pahlawan. Bagi siswa saat ini, sosok pahlawan tersebut bisa saja orang tua ataupun ustadz dan ustadzah yang mengajar di sekolah.
"Hari ini konsepnya menggabungkan semuanya, anak-anak bisa berkolaborasi dengan orang tuanya masing-masing, dengan sekolah, ustaz ustadzah, sehingga keteladanan dari pahlawan itu betul-betul bisa dimaknai oleh anak-anak, dan melihat riil nyata sosok pahlawan pada orang tua atau ustadz dan ustadzah mereka," kata M Ma'ruf, Sabtu 9 November 2024.
Para siswa terlihat kompak dan totalitas melakukan peranan masing-masing. Apalagi didukung oleh belasan wali murid yang turut serta berperan sebagai masyarakat pribumi. Selain drama teatrikal, peringatan Hari Pahlawan juga diisi dengan lomba melukis dan lomba paduan suara antar kelas.
Sementara itu, Naini Agustin Ningtyas, Guru Seni Budaya sekaligus sutradara teatrikal mengatakan, hanya ada waktu seminggu untuk persiapan. Dalam waktu relatif mepet, Naini harus bisa memahami karakter masing-masing anak untuk dijadikan pemeran teatrikal.
“Kami memilih peran yang pas sesuai dengan karakter siswa masing-masing berdasarkan penilaian sehari-hari di sekolah,” bebernya.
Naini harus memilih siapa yang cocok dijadikan tentara Belanda ataupun noni Belanda, serta peran yang pas untuk pejuang pribumi. Anak-anak peserta teatrikal juga harus bisa dengan cepat menghafal teks dan alur cerita.
"Kita praktis hanya ada satu pertemuan untuk persiapan selama dua jam, sehingga anak-anak harus fokus dan semangat," tutupnya.
Advertisement