Siswa SMPN 12 Gresik Temui Dubes Jerman, Bahas Sampah Plastik
Eshnina Azzahra, 12 tahun, seorang murid SMPN 12 Gresik bertemu dengan Duta Besar Jerman Dr. Peter Schoof Selasa pagi di Kedutaan Besar Jerman di Jalan MH Thamrin.
Saat bertemu dengan Peter Schoof, Nina panggilan Eshnina Azzahra tak hanya modal omongan saja. Tapi dia juga sudah membuat diagram untuk dipresentasikan kepada Peter Schoof saat bertemu.
Diagram itu menceritakan pengalaman Nina mempelajari perjalanan sampah kertas dan plastik impor di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya hingga ke tempat pengumpulan sampah plastik di Desa Bangun Mojokerto dan Desa Tropodo Sidoarjo.
“Impor sampah kertas bercampur plastik ternyata mempengaruhi perekonomian masyarakat setempat dan lingkungan hidup,” kata Nina.
Untuk membuat diagram tersebut, Nina sempat berbicara dengan petugas Inspeksi Cargo Bea dan Cukai, pemulung sampah dan produsen tahu.
Mendapat penjelasan dari Nina, Duta Besar Jerman, Peter Schoof mengatakan bahwa sulit untuk mengetahui secara pasti tingkat persentase sampah plastik ilegal yang tercampur kertas daur ulang impor. Namun ia terus mengimbau agar Indonesia memberi bukti jika ada perusahaan Jerman yang terkait pelanggaran impor sampah sehingga mereka bisa ditindak secara hukum.
Duta Besar Jerman juga menjelaskan bahwa ia sudah mengingatkan pemerintahan Jerman agar lebih ketat dalam memeriksa kontainer sampah yang akan diekspor. Ia menambahkan bahwa Indonesia menghasilkan 3,2 - 3,9 juta ton plastik dalam setahun sedangkan Jerman mengirim 64,000 ton plastik bahan baku plastik ke Indonesia.
“Sebagian besar dari masalah terkait sampah yang ada di Indonesia adalah kita perlu mencari cara untuk mengumpulkan sampah dari perumahan masyarakat, memisahkan antara sampah daur ulang dan yang tidak bisa didaur ulang serta membangun pabrik daur ulang,” ujar Peter Schoof.
Schoof mengatakan bahwa Jerman sudah melakukan upaya untuk membangun pabrik daur ulang di Indonesia. Namun hal ini butuh kerjasama lebih erat dengan pemerintah Indonesia untuk terus menghentikan impor plastik ilegal dan membangun kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai dan laut serta mengurangi pemakaian plastik sekali pakai.
Dalam pertemuan tersebut Nina juga memberi surat kepada Kanselir Jerman Angela Merkel dan memperlihatkan kartu identitas seorang wanita Jerman dan kemasan minuman asal Jerman yang ia temukan diantara tumpukan sampah di Desa Bangun.
Duta Besar Jerman berjanji akan mengirimkan surat tersebut ke Berlin pada hari yang sama dan akan berusaha keras agar Nina mendapatkan tanggapan langsung dari Kanselir Jerman.
Nina mempelajari proses daur ulang sampah plastik impor di masyarakat dalam rangka pembuatan film dokumenter untuk KIKA, sebuah saluran TV Jerman.
Nina meminta negara maju untuk menghentikan ekspor sampah kertas bercampur plastik kotor yang tidak bisa didaur ulang agar tidak dibuang di bantaran sungai atau dibakar di pekarangan masyarakat yang mengumpulkan sampah plastik impor.
Sebelumnya, Nina juga menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat. Setelah menemui Duta Besar Jerman, Nina juga mengirim surat kepada Perdana Menteri Australia melalui Kedutaan Besar Australia di Jakarta.
Advertisement