Siswa SMP Tumpang Rancang Alat Deteksi Kebakaran Hutan
Tiga siswa SMPN 1 Tumpang, Malang, Jawa Timur, yaitu Iswardanny, Labib Rof'ul Hikam dan Lufiatul Adinda Putri, merancang alat pendeteksi kebakaran hutan.
Inovasi siswa kelas 2 SMPN 1 Tumpang tersebut diberi nama Solar Radiation Heat Detector. Dalam alat tersebut terdapat plank seng yang berfungsi untuk mendeteksi suhu panas matahari jika mencapai batas 60 derajat celcius.
“Jika sudah lebih dari 60 derajat seng tersebut mengirim signal ke sensor Negative Temperatur Coeficient (NTC) dan mengaktifkan air untuk membasahi hutan melalui relay (mesin pemicu) untuk mengaktifkan dinamo air,” ujar Ketua Tim Adiwiayata Mandiri SMPN 1 Tumpang, Iswardanny, dalam rilis resmi yang diterima ngopibareng.id, pada Selasa 24 Desember 2019.
Dijelaskannya, bahwa alasan mematok suhu setinggi 60 derajat celcius itu karena sesuai dengan standar batas hutan bisa terbakar.
“Kalau di Jawa itu memang segitu 60 derajat. Beda lagi kalau di Kalimantan mungkin bisa lebih rendah karena kan banyak rawa jadi lebih peka dengan reaksi panas matahari,” tuturnya.
Proses pengerjaannya, terang Iswardanny, timnya memerlukan waktu kurang lebih selama satu bulan setengah.
“Kami mengerjakan mulai bulan September sampai Oktober 2019. Dari inovasi ini kami mendapatkan Juara 1 Olimpiade Penelitian Siswa Nasional bulan Oktober di Solo," sambung dia.
Adapun latarbelakang dari perancangan alat ini yaitu, karena dalam tahun 2019, Gunung-gunung di Kabupaten Malang, seperti Semeru, ataupun Arjuno kerap kali terjadi kebakaran.
"Apalagi, pada musim kemarau beberapa bulan lalu, akibatnya hutan-hutan di sekitaran gunung terbakar," ujar Iswardanny.
Seperti diberitakan oleh ngopibareng.id sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi Jawa Timur, mencatat dalam kurun waktu satu minggu telah terjadi peristiwa kebakaran hutan antara 20 sampai 23 kali. Peristiwa kebakaran hutan itu terjadi di wilayah Jawa Timur selama musim kemarau berlangsung.
Kebakaran hutan terakhir kali terjadi di kawasan hutan Gunung Arjuno, di ketinggian 3 ribu meter. Karena sulitnya medan membuat polisi dan sejumlah anggota TNI harus menempuh perjalanan selama kurang lebih enam jam. Cakupan lahan yang terbakar ketika itu mencapai 300 hektar.